Tinggi bangunan lebih rendah 10 meter dari bangunan sebelumnya, yakni hanya 15 meter.
Sejak saat itu Tugu dikenal dengan nama De Witte Paal atau dalam bahasa Indonesia Tugu (Paal) Putih.
Saat ini untuk mengetahui sejarah tersebut pemerintah telah membangun diorama dan replika tugu Golong Gilig di sekitar Tugu Pal Putih yang menceritakan secara runtut asal mula bangunan tersebut.
Tidak hanya diorama, terdapat juga miniatur bangunan tugu Pal Putih, keraton, dan Panggung Krapyak, yang mampu memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai sumbu filosofi pembentuk wilayah Yogyakarta.
Karena menjadi Landmark utama Yogyakarta, tak heran kawasan tersebut selalu ramai di datangi wisatawan, terlebih di malam hari.
Setiap malamnya ratusan wisatawan foto-foto dengan latar belakang Tugu Pal Putih.
"Jika belum foto-foto di Tugu berarti belum datang ke Jogja," ungkap Andi satu diantara pengunjung Tugu Pal Putih.
Menurutnya selain bisa foto-foto keberadaan diorama dan miniatur tugu, mengunjungi kawasan tersebut juga menambah wawasan sejarah mengenai Yogyakarta dan peninggalan budayanya.
Jika anda menghabiskan malam anda di kawasan tersebut juga terdapat pedagang angkringan dan wedang ronde yang siap menemani malam anda.(*)