Namun ratusan tahun yang lalu, masyarakat Tebo biasanya memainkan Ago Gilo di ladang pada malah hari, sebelum menanam padi keesokan harinya atau semalam sebelum hari panen.
Namun permainan ini, kata dia, juga bisa dilakukan pada berbagai kesempatan, mulai dari pernikahan, ataupun lomba 17 Agustus.
"Jadi pertama kita pegang dulu, kemudian (setelah boneka hidup), orang kita panggil ramai-ramai pegangin. Kalau kayak jelangkung itu kan ada orang sampai kemasukan, kalau ini nggak ada," jelas Nasril.
Ia menambahkan bahwa untuk ikut ambil bagian dalam tim 'gulat' melawan boneka Ago Gilo, tidak ada syarat khusus.
"Yang penting dewasa 17 tahun ke atas, karena jelas saja permainan ini bukan untuk anak-anak, bahkan perempuan pun boleh ikut. Selama ini kan biasanya laki-laki, tapi kemarin ada juga perempuan ikut, asalkan kuat saja," kata Nasril.
Menurut Nasril, tujuan dari permainan Ago Gilo adalah kegilaan, semakin gila bonekanya, semakin keras goyangannya, maka semakin seru permainannya.
"Tinggal tergantung napas, kalau sekarang (main) 10 sampai 20 menit saja sudah ngos-ngosan. (Tapi) kalau orang-orang tua saya dulu (mainnya) sampai setengah jam," pungkas Nasril.