4. Film
Serangan pintar bergenre FILM adalah salah satu strategi pelumpuhan harkat kemanusiaan yang menyerang sisi paradoksal dari otak manusia. Pada dasarnya, menciptakan imajinasi, membangun kemampuan berdialog secara imajiner, kemudian menciptakan resolusi-resolusi atas kombinasi warna, simbol, lambang, bahasa telah hadir secara utuh pada fisiologi manusia. Karena itu, jika tingkat kematangan sebuah bangsa terhadap merespon fenomena tidak didukung oleh sebuah komunitas budaya dan lompatan-lompatan yang signifikans, kita akan melhat kehadiran sebuah nomenklatur kontemporer yaitu terlambatnya transformasi budaya primitif ke budaya modern sehingga negar-negara yang telah menikmati lompatan dan pencapaian peradaban puncak memindahkan keberhasilannya dalam bentuk tradisi otentik yang didokumentasi secara audio visual, secara hardcopy, dan sekaligus mengarsipkan perolehan peradaban itu dalam bentuk animasi mati, animasi gerak, dan tampilan kombinasi keduanya.
Akibat dari kesenjangan antara budaya primitif dan budaya modern, negara-negara tertentu melakukan serangan pintar melalui memproduksi cerita-cerita keberhasilan peradaban bangsanya untuk didiktekan ke seantero dunia agar tercipta trend follower (kecenderungan mengikuti) sehingga negara pengekspor cerita menjadi penentu mati hidupnya negara yang terperosok pada aliran yang diciptakan oleh negara pengekspor cerita. Film adalah media ampuh melakukan serangan pintar karena pada film dihasilkan satu halusinasi perasaan, satu kesadaran bersikap dan bersetuju dengan tayangan cerita, sehingga menimbulkan fanatisme sempit atau fanatisme buta bagi kalangan penikmatnya.
Jika pengendapan memori cerita tersebut berlangsung lama, akan muncul kebenaran fatalis yang menyebabkan skenario di dalam film harus diwujudkan dalam realitas kehidupan. Karena itu untuk menghadapi serangan pintar berbasis film, bangsa Indonesia perlu mentradisikan budaya literasi secara masif agar banyak muncul para penulis tangguh yang berakar pada budaya sendiri lalu ditopang dengan industri perfilman yang kondusif, regulasi perfilman yang mampu menampung ide-ide kreatif anak bangsa dari seluruh Indonesia untuk memindahkan kekayaan tradisional kita diformat dalam bentuk film dengan dukungan hak atas kekayaan intelektual, support dunia perbankan yang maksimal, dan penghargaan yang memadai bagi para insan perfilman Indonesia.
Dalam konsep ARA way, perlu ada pengaturan jam tayang film-film secara proporsional antara pasokan western style dengan dunia timur agar masyarakat pemirsa dapat meningkatkan kapasitas kearifannya dalam menilai isi dan tayangan film yang memberikan energi perubahan secara positif pada khalayak ramai. Komisi penyiaran Indonesia perlu melakukan regulasi secara ketat melalui afirmative action. Contohnya dalam satu minggu bioskkop-bioskop menayangkan film-film dokumenter yang menayangkan indigenious knowledge masyarakat Indonesia karena tayangan-tayangan film dari Barat berkonotasi Menghanyutkan akibat sound efek, pencahayaan dan penajaman motif cerita yang dapat menyebabkan adiktif pada pemirsa atau penontonyang dapat melemahkan karakter dan budaya bangsa. Adanya ruang jeda tayang yang berisi kekayaan budaya dan kekuatan bangsa yang positif perlu dihadirkan untuk menangkal isme-isme yang bertentangan dengan jati diri bangsa.
5. Fantasi
Keterasingan dunia realitas dengan dunia obsesi, mimpi, dan ilusi seringkali menyebabkan manusia menghindar dari kenyataan-kenyataan hidup. Karena itu, menghadirkan kepuasan minimalis yang dapat hadir secara nyata adalah peluang bisnis yang menggiurkan. Bagi para pemburu rente di dunia, dunia fantasi adalah dunia masa kini dan masa depan. Data statistik menjelaskan antara kemampuan imajinasi dengan daya fantasi manusia di dunia ada dalam dua koridor yang bertentangan. Penjelasannya, dunia imajinasi adalah dunia yang menghhubungkan antara realita kontemporer dengan peluang-peluang penciptaan yang bernorma independen, berdaya spekulatif, dan membutuhkan rasionalitas dan akal sehat. Sedangkan dunia fantasi memungkinkan kehadiran angan-angan tanpa sumber pengalaman yang didukung dengan nilai-nilai kebenaran pengetahuan.
Seringkali dalam perilaku manusia, ketika ingin berangkat dari level kesulitan hidup, manusia cenderung lebih mudah memasuki gerbang fantasi daripada pergi ke stasiun imajinasi. Oleh sebagaian besar produsen dan spekulan konflik internasional, sangat mudah menciptakan mesin uang melalui penciptaan idiom-idiom bergenre fantasi. Contoh, mesin waktu, memiliki kekayaan virtual, produk-produk tiruan juga bagian dari serangan pintar berjenis fantasi. Sangat mudah dilihat dalam produk-produk lukisan yang kontrarealitas, taman-taman bermain yang superlatif, dan banyak produk-produk permainan yang memberikan bobot dan porsi lebih pada fantasi negatif.
Pencegahannya perlu dirancang industri kreatif yang menciptakan permainan tradisional asli bangsa Indonesia untuk dikembalikan pada arena bermain anak-anak. Kedua, pengetatan peredaran komik-komik luar, alat permainan dari luar, maupun bentuk-bentuk peminatan pada seni budaya yang tidak membumi dengan sumber falsafah bangsa Indonesia. Perlu dilancarkan gerakan gencar budaya bangsa secara periodik dan reguler agar produktivitas, etos kerja, dan daya saing manusia Indonesia dapat menutupi ekses negatif yang ditimbulkan dari budaya fantasi. Dengan sikap bangun pagi, belajar hebat, kerja keras, niat ikhlas, manfaat cerdas, dan bangsa bermartabat.
6. Filosofi
Pertarungan klasik di dunia adaah pertempuran ideologi. Karl Marx, Jung Hun, Habermassdan sebagian bear dari filosif-filosof besar di dunia akan melihat ideologi manusia adalah hidup matinya peradaban. Karenanya, perang ideologi adalah bagian dari serangan pintar yang akan terus ditumbuhkan oleh para pengikutnya dalam cuaca dan suasana up and down. Karena itu, serangan pintar menurut filosofi harus dimaknai “menanglah dalam peperangan dan bukan dalam pertempuran”. Karena itu sebagai sebuah bangsa dan negara yang besar, perang ideologi atau filosofi harus menjadi kesadaran awal warga negara, anak bangsa, dan orang Indonesia sejak bangun pagi sampai menjelang istirahat tidur.
Perlu dirancang gerakan estafet nasional cipta amal rutin Pancasila sebagai perisai serangan pintar bernafas filosofi. Menciptakan generasi bangga Pancasila atau bersama anak negeri gegap gempita amal Pancasila sebagai arsenal tangguh untuk menghadapi konflik ideologi liberalisme, sosialisme komunis, dan ideologi fundamentalis agama. Hari ini serangan filosofi dari idelogi-ideologi tersebut telah menyebabkan Pancasila ada dalam kondisi dibuang sayang digenggam melayang. Dengan demikian, perlu ada komitmen segar yang diisi oleh orang-orang patriot penuh kecintaan pada republik untuk menampilkan sederet aksi-aksi progresif untuk menghadirkan setepat-tepatnya Pancasila menjadi panduan dalam bermaasyrakat, berbangsa, dan bernegara.
Kesamaan rasa untuk mendorong political will pemerintah turun tangannya lembaga-lembaga negara, berbondong-bondongnya patriot-patriot muda dan militan menggelorakan Pancasila untuk menancapkan satu sikap nasional galaksi Pancasila atau gerakan aksi langsung amalkan sejak dini Pancasila. Kita berharap kewaspadaan terhadap serangan pintar berbasis F6 ini segera menjadi agenda nasional sehingga semua komponen bangsa dapat menangkalnya sejak dini, menyiapkan amunisi untuk melumpuhkan ekses negatif F6 sekaligus menghadirkan kesiapsiagaan komponen bangsa yang rela mati untuk negaranya membangun masa depan gemilang, maju dan berjaya raya dengan pikiran Pancasila, hati Pancasila, dan kaki Pancasila. Semoga…