Selama ditahan Fery hanya tidur di lantai yang banyak terdapat pecahan botol minuman dan hanya dikasih air putih tanpa diberi makan.
“Makanya saya sekarang kurus, padahal dulu badan Saya gemuk," ujar Fery.
Dari peristiwa itu Fery kemudian berpikir harus bisa mengubah perekonomian keluarganya. Ia tak ingin ibu dan adik-adiknya terus-terusan berjualan tisu dan mengamen di pinggir jalan. Selain karena faktor keamanan ia juga ingin adik-adiknya lebih fokus untuk belajar ketimbang selalu berada di jalan raya yang berbahaya.
Fery bermimpi ingin menjadi seorang ahli di bidang IT. Harapannya sederhana, jika ia sukses menjadi ahli IT dan mempunyai penghasilan cukup ia ingin kembali melanjutkan sekolah dan membiayai pendidikan adik-adiknya.
Saat ini ia kejar mimpinya dengan menjadi santri Rumah Gemilang Indonesia (RGI) angkatan 14 jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan). Di RGI Fery mendapatkan ilmu pelatihan tentang dunia komputer selama 6 bulan dan gratis. Ia mengaku ini pengalaman pertamanya untuk menyalakan komputer.
Meski begitu ia tetap semangat dan tidak sungkan bertanya jika ada materi yang ia tidak mengerti kepada instruktur.
Setiap hari Sabtu dan Minggu RGI libur dari kegiatan belajar. Ini dimanfaatkan Fery untuk pulang dan mengamen di lampu merah di kota Bekasi.
Hasil dari ngamen ini untuk membantu orang tua dan adik-adiknya. Lalu jika ada sisanya ia gunakan untuk keperluannya selama di RGI seperti membeli pakaian dan perlengkapan mandi.
Fery mengaku beryukur bisa bergabung menjadi santri RGI yang Insya Allah bisa menghantarkannya menuju cita-cita ingin membahagiakan orang tua dan adik-adiknya.
Ia juga berpesan kepada teman-temannya yang putus sekolah agar terus semangat dalam menggapai cita-cita dan pantang menyerah.