Ditulis oleh : Henry Saragih, Ketua Umum SPI
TRIBUNNERS - Badan Pusat Statistik (BPS) per 1 Agustus 2016, menyampaikan NTP Juli 2016 turun hingga angka 101,39. Ini artinya NTP terus mengalami penurunan sejak November 2015 (102,95).
“Ini sangat mengkhawatirkan mengingat penurunan sudah berlangsung selama delapan bulan,” kata Henry Saragih, Ketua Umum SPI di Jakarta, pagi ini (02/8/2016).
Penyebab penurunan NTP adalah inflasi perdesaan yang tinggi. Pada Juli 2016 inflasi perdesaan sebesar 0,76 atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,59.
Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan konsumsi rumah tangga dengan indeks terbesar disumbang oleh bahan makanan sebesar 1,24 persen.
Kondisi NTP Pangan, Perkebunan dan Hortikultura
Sementara itu, NTP subsektor tanaman pangan pada Juli 2016 mengalami penurunan menjadi 98,21 persen (turun 0,54 dibanding Juni 2016).
“Walaupun secara faktual pada bulan Juli penerimaan petani tanaman pangan naik, namun diterpa inflasi. Artinya peningkatan daya beli petani gagal, karena harga kebutuhan juga naik,” kata Henry Saragih.
Kondisi yang sama, bahkan lebih buruk juga terjadi pada NTP subsektor tanaman perkebunan. Penurunan NTP terjadi dari angka 98,22 (Juni 2016) menjadi 97,94 (Juli 2016).
"Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit Rp 1.200, ini masih sangat rendah. Selain itu biaya produksi dan biaya angkut juga naik. Belum lagi kenaikan harga kebutuhan sehari-hari meroket ketika Idul Fitri kemarin. Pantaslah NTP turun,” kata Zubaidah, Ketua SPI Sumatera Utara.
“Sungguh ironis, mengingat keterpurukan petani perkebunan rakyat sudah berlangsung lebih dari dua tahun. Ini sangat kontras jika dibandingkan dengan profit perusahaan-perusahaan perkebunan di Indonesia. Selain menguasai tanah untuk budidaya tanaman perkebunan, perusahaan juga menguasai industri hilir olahan hasil perkebunan,” timpal Henry Saragih.
Adapun subsektor yang mengalami kenaikan tipis pada Juli 2016 adalah NTP hortikultura (103,16), yang naik 0,41 dibanding Juni 2016.
Faktor permintaan konsumen yang tinggi sepanjang Ramadan dan lebaran berdampak langsung terhadap peningkatan penerimaan petani hortikultura.
Makin Miskin
Inflasi nasional pada bulan Juli 2016 sebesar 0,69 persen, lebih rendah dari inflasi yang terjadi di perdesaan sebesar 0,76 persen.
"Tidak heran jika angka kemiskinan di perdesaan terus meningkat,” ujar Henry.
“Yang segera harus pemerintah lakukan adalah pengendalian harga kebutuhan pokok di pasar.”
“Petani juga harus bisa menanam sendiri pangan kebutuhan dasar dan protein, jadi tidak menanam monokultur saja seperti sawit atau karet. Sebisanya tidak hanya bergantung pada pasar,” katadia.
Selanjutnya, berdasarkan data BPS per 18 Juli 2016, persentase penduduk miskin perdesaan ternyata naik sebesar 0,02 persen di bulan Maret 2016 menjadi 14,11 persen.
“Jelas masyarakat pedesaan harus bisa bekerja dan pendapatannya naik. Pemerintah harus konsisten untuk melaksanakan redistribusi lahan pertanian 9 juta hektar sesuai mandat Nawa Cita dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Masyarakat desa itu kalau punya tanah, pasti bekerja dan berproduksi,” tutup Henry.