Penulis: Akhol Firdaus
Panitia Grebeg Bhinneka Tunggal Ika
TULUNGAGUNG diyakini sebagai kota yang menyimpan jejak-jejak sejarah kegemilangan masa lalu Nusantara.
Kota ini termasuk salah satu ‘surga’ arkeologi di Jawa Timur.
Hal yang paling menonjol dari bukti-bukti arkeologis tersebut adalah, adanya sintesis-mistis antar-agama dari zaman ke zaman.
Sintesis-mistis itu dibuktikan oleh banyaknya candi dan warisan arkeologi lain yang memadukan simbol dan ornamen Hindu-Buddha.
Bahkan, kehadiran Islam dianggap tidak mengusik warisan arkeologi yang ditinggalkan oleh dua agama pendahulu tersebut, tetapi merestorasinya.
Bukti-bukti tersebut juga menguatkan keyakinan bahwa, di masa lalu Tulungagung merupakan kawasan yang dibangun sebagai wilayah spiritual bagi banyak agama.
Baca: Serma Achmad Tewas Mulutnya Terikat Kain, Diduga Dibunuh di Tempat Lain Lalu Diseret ke TKP
Sebagian besar masyarakat Tulungagung meyakini bahwa pematangan ajaran Bhinneka Tunggal Ika di masa lalu, salah satunya, terjadi di kawasan ini.
Argumentasi ini juga dikaitkan dengan keberadaan pendharmaan Sri Gayatri Rajapatni di kawasan Boyolangu.
Ratu Majapahit tersebut dianggap sebagai figur sentral yang menggali dan mewariskan ajaran spiritualitas bhinneka tunggal ika hingga masa kegemilangan Majapahit di tangan cucunya, Hayam Wuruk.
Keyakinan ini dilegitimasi oleh hasil penelitian Institute for Javanese Islam Research (IJIR) IAIN Tulungagung bertajuk, "Melacak Jejak Spiritualitas Bhinneka Tunggal Ika dan Visi Penyatuan Nusantara di Bumi Tulungagung".
Baca: Dua ABG Perempuan Anggota Geng Motor Ikut Jarah Toko Pakaian
Hasil penelitian tersebut menegaskan bahwa, di masa lalu kota ini merupakan kawasan spiritual, tempat digali dan dimatangkan dua ajaran sekaligus, yakni ajaran Bhinneka Tunggal Ika dan Cakrawala Mandala Nusantara.