Ajaran yang disebut kedua merupakan ajaran tentang penyatuan mandala-mandala di seluruh Nusantara.
Melalui berbagai kegiatan Sarasehan dan Diskusi, seluruh elemen masyarakat Tulungagung akhirnya berinisiatif untuk mewujudkan Grebeg Bhinneka Tunggal Ika.
Grebeg bukan sekadar festival kebudayaan, tetapi juga cara masyarakat Tulungagung menandai dan meneguhkan identitas sebagai penyokong ajaran Bhinneka Tunggal Ika yang diwariskan dari zaman ke zaman.
Baca: Dapat Remisi 15 Hari, Ahok Kemungkinan Bebas 17 Bulan Lagi
Melalui acara ini, mayarakat juga menyerukan spirit Bhinneka Tunggal Ika itu harus tetap menjadi identitas nasional Indonesia.
Agenda Grebeg Bhinneka Tunggal Ika dihelat pada Selasa, 26 Desember 2017, pukul 08.00 hingga selesai.
Kegiatan Grebeg dikonsentrasikan di halaman kampus IAIN Tulungagung dan di lokasi Candi Gayatri Boyolangu.
Acara dimulai dengan parade kesenian lokal dan orasi kebudayaan yang melibatkan tokoh-tokoh nasional.
Puluhan organisasi lintas agama/keyakinan terlibat dalam acara ini.
Baca: Terkuak Motif Pembunuhan Aiptu Made Suanda, Pelaku Hendak Kuasai Honda Jazz Korban
Puluhan kelompok kesenian tradisional juga akan menjadi bagian dari acara.
Sementara itu, orasi kebudayaan akan melibatkan Prof. Dr. Hariyono (UKP-PIP), Eva K. Sundari (Kaukus Pancasila DPR RI), Dr. Maftukhin (Rektor IAIN Tulungagung), Supriono (Ketua DPRD Tulungagung), Kusnadi (DPRD Jawa Timur), dan Naen Soeryono (Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia).
Agenda Grebeg diharapkan mampu menjadi saran untuk melestarikan wawasan Bhinneka Tunggal Ika sebagai ajaran yang diwariskan dari generasi ke generasi dan telah membuktikan dirinya sebagai pondasi kebangsaan Indonesia modern, juga memupuk kebanggaan dan rasa memiliki terhadap warisan sejarah Nusantara kepada masyarakat lintas generasi.