Bahkan hingga kini api latensi konflik ini belum terpadamkan, di mana setiap saat bisa kembali memicu percikan api konflik kekerasan sosial lainnya.
Lebih memprihatinkan lagi, banyak di antara konflik sosial tersebut terpicu lantaran beda pendapat, tafsir, beda keyakinan, beda paham, atau beda pilihan yang disikapi dengan cara-cara memilih jalan keluar lewat tindakan-tindakan kekerasan, teror, bahkan sampai peledakan bom.
Begitu halnya, saat ini kita pun sering dipertontonkan oleh kekerasan-kekerasan sosial yang dipicu beda pendapat, beda tafsir, beda keyakinan, beda paham, atau beda pilihan politik.
Benarkah kita yang secara histori kultural dikenal sebagai bangsa yang ramah, rukun, toleransi, saling menghargai dan menghormati sebagaimana dari cerita yang ada, kini sudah kehilangan kemesraan sosial?
Indonesia yang secara histori kultural digambarkan sebagai bangsa yang ramah, selalu hidup rukun penuh toleransi saling menghormati dan menghargai yang disemangati oleh warisan budaya kearifan lokal sebagai perekat sosial, kini diperangi oleh radikalisasi fanatisme keyakinan ideologis, hanya lantaran terpicu beda pendapat, tafsir, beda keyakinan, beda paham, pahamnya salah, atau beda pilihan.
Sebagai pendukung gerakan moral #SelamatkanIndonesia, di sini saya bukan anti #Salam2Periode, saya bukan anti #2019GantiPresiden, tapi saya #AntiKekerasan,#AntiRadikalisme. #AntiIntoleransi, dan #AntiPolitikSARA, sangat mengutuk keras atas peristiwa peledakan bom tersebut yang telah merenggut korban 11 jiwa dan puluhan menderita luka, serta kerusakan-kerusakan diakibatkan olehnya.
Di sini saya ingin mengajak kita sebagai anak bangsa merenungkan kembali sejarah panjang bangsa ini lewat pemahanan dari sebuah lirik lagu yang begitu menyentuh fitrah kemanusiaan kita sebagai manusia dan bertuhan, berjudul “Di Bawah Tiang Bendera”.
Tinggal bagaimana kita sebagai anak bangsa menempatkan nyanyian ”Di Bawah Tiang Bendera” ciptaan Franky Sahilatua dan Iwan Fals ini di tengah kehidupan masyarakat, termasuk jelang Pilpres 2019, untuk senantiasa menjaga semangat damai, toleransi dan menjauhkan politik SARA. Semoga!
*Alex Palit, citizen jurnalis independen #SelamatkanIndonesia, pendiri Forum Apresiasi Musik Indonesia (Formasi)