News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Ini Sosok Hafid Bahtiar, Anak Pedagang Gorengan yang Ingin Jadi Panglima TNI

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hafid Bahtiar lulusan Akmil peringkat 77 Akademi Militer (Angkatan Darat) tahun 2018.

Siaran pers Kodam Jaya

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hafid Bahtiar, lulusan Akmil peringkat 77 Akademi Militer (Angkatan Darat) tahun 2018, merupakan anak dari seorang pedagang gorengan. Seperti apa perjalanannya hingga menjadi lulusan Akmil? Mari kita ikuti.

Hafid yang lahir di Tulungagung 30 Desember 23 tahun silam merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Mujani dan Supriatin.

Kedua orang tua Hafid merupakan pedagang gorengan di sebuah desa kecil di wilayah Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung.

Baca: Temukan Sel Mewah di Lapas Sukamiskin, Najwa Shihab: Seharusnya Disamakan dengan Maling Ayam

"Saya dan istri mengolah adonan jajanan gorengan, Hafid mengantarkan gorengan ke warung-warung." kata Mujani meski sekarang sudah tidak jual gorengan lagi dan lebih sering menerima kerja serabutan.

Postur jangkung dan fisik kuat yang terbentuk dari kegiatan kesehariannya sebagai pemain basket dari SMAN 1 Campurdarat Tulungagung merupakan modal awal dia mendaftar Taruna Akmil.

Baca: Gandeng Tiga Pilar, BNK Jakarta Utara Sosialisasikan Bahaya Narkoba

"Dia niat dengan keinginan sendiri untuk menjadi Taruna Akmil. Dua kali daftar semuanya Akmil, usai gagal di pendaftaran yang pertama sempat ditawarin untuk mendaftar Secaba tetap kokoh untuk daftar Akmil," ungkap Mujani.

Mujani juga menyebutkan bahwa anaknya mempunyai tekad yang bulat untuk menjadi Taruna Akmil meski dihadapkan dengan kondisi sederhana yang melekat pada kedua orangtuanya di Kabupaten Tulungagung.

"Los aja pak, bismilah saja. Nggak usah memikirkan biaya untuk masuk Taruna." ujar Mujani sambil menirukan ucapan Hafid saat daftar Taruna Akmil.

Mujani menjelaskan bahwa anak keduanya ini mendaftar 2 kali sebagai Taruna untuk Akmil pada tahun 2013 dan tahun 2014 dan akhirnya dinyatakan lulus pada tahun 2014.

Hafid mengaku sebelum diterima sebagai Taruna Akmil, ia sering membantu meringankan beban kedua orang tuanya dalam mencari nafkah. Ia menceritakan bagaimana gigihnya kedua orang tuanya bekerja keras untuk menghidupi keluarganya.

"Orang tua saya pernah berdagang bakso, gorengan, jagung dan kacang rebus di pinggir jalan. Masih ingat di memori saya waktu sekolah di SD dan SMP membawa gorengan saya jual di sekolah," ungkap Hafid.

Menginjak remaja, siswa SMA Negeri 1 Campurdarat masih gigih membantu meringankan beban orang tuanya.

Mulai dari menjadi tukang batu marmer sepulang sekolah hingga meluangkan waktu melatih basket anak-anak di kampungnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini