Oleh: Karyudi Sutajah Putra
TRIBUNNEWS.COM - “Maka hanya ada satu kata: lawan!” tulis penyair Widji Thukul dalam sajaknya, “Peringatan” (1986).
"Saya ini sebenarnya sudah diam empat setengah tahun. Difitnah-fitnah saya diam, dihujat-hujat, dihina-hina saya juga diam. Tetapi hari ini di Yogyakarta, saya sampaikan, saya akan lawan. Ingat-ingat sekali lagi, akan saya lawan," pekik Presiden Joko Widodo dengan suara bergetar dalam sambutannya di acara deklarasi “Alumni Jogja SATU-kan Indonesia” di Stadion Kridosono, Kota Yogyakarta, Sabtu (23/03/2019).
Mungkinkah Jokowi, lahir 21 Juni 1961, terinspirasi sajak Widji Thukul, lahir 23 Agustus 1963, yang sama-sama kelahiran Solo, Jawa Tengah?
Bedanya, bila Thukul dulu berhadapan dengan penguasa, Jokowi kini justru menjadi penguasa.
Lalu, siapa yang akan dilawan Jokowi?
Kalau lawan Thukul sudah jelas, yakni penguasa Orde Baru.
jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa
kalau rakyat sembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar
bila rakyat tidak berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam
apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan!
Demikian isi lengkap sajak “Peringatan” karya Widji Thukul itu.
Sepuluh tahun pasca-menulis sajak ini, Widji Thukul hilang dan hingga kini tak jelas di mana rimbanya.
Sipon, sang istri, hingga kini terus mencari keberadaan Widji (biji) yang tak kunjung Thukul (muncul) ini.