Kata Doni, yang menjabat Pangdam Pattimura tahun 2015-2017, kini, nelayan di Ambon tidak perlu melaut jauh dari daratan.
Cukup sampai 30 meter dari pantai, mereka sudah bisa menangkap ikan. Dan yang utama mengikuti standar proses untuk ekspor ke luar negeri.
“Beberapa hari lalu saya bahkan mendapat kabar, salah satu prajurit Kodam Pattimura berhasil menangkap ikan kerapu seberat 25 kg. Bayangkan, harga kerapu seratus ribu ker kilogram, jadi hitung saja berapa harga kerapu itu,” kata Doni.
Soal Tuna, Doni Monardo agaknya tahu banyak. Ia mendengar informasi di Jepang, pasar tuna sangat bagus.
Di sana ada sebuah pasar yang menjual ikan tuna khusus dari Ambon. Tuna-tuna itu diproses dengan baik, lalu diterbangkan ke Tokyo. Di sana, tuna yellowfinn sangat diminati.
“Dan tuna yellowfinn juga banyak di laut Papua,” imbuh Doni seraya menambahkan, “jika nelayan mau menekuni industri tuna, saya yakin dalam waktu singkat neayan Hamidi akan sejahtera.”
Untuk itu, diperlukan pengetahuan cara menangkap tuna yang baik, memprosesnya dengan benar, hingga layak diekspor ke Jepang.
“Untuk tahap awal, barangkali perlu kita kirimkan nelayan Hamidi ke Maluku untuk belajar. Di sana nanti akan difasilitasi teman-teman TNI,” saran Doni penuh simpati.
Kepada warga Hamidi khususnya, dan masyarakat Papua umumya, Doni mengimbau untuk mengurangi makan daging ayam.
Terlebih, ayam-ayam potong yang didatangkan ke Papua, umumnya berasal dari Jawa. Itu artinya, tidak fresh. Sementara, ikan berlimpah di Papua.
Secara ilmiah, memakan ikan jauh lebih baik dibanding memakan ayam. Ikan mengandung semua protein yang dibutuhkan tubuh manusia, dan lebih dari itu, bisa meningkatkan kecerdasan.
Masohi dan Matoa
Selain bicara ikan, Doni juga menyinggung kekayaan hayati yang di tanah Papua.
Di bumi cendrawasih ini, tumbuh aneka jenis pohon yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ia menyebut ada meranti, keruing, merbau dan lain-lain.