Bahkan di Papua pula banyak pohon berdiameter lebih dari 1,5 meter.
“Disini juga ada pohon seperti yang tumbuh di Maluku. Antara lain pohon masoya atau biasa juga disebut masohi.
“Mungkin dulu-dulunya, dibawa dari Maluku Tengah,” kata Doni.
Sekalipun Doni meyakini pohon itu berasal dari Maluku, tetapi di Maluku justru sudah mulai langka.
Sebaliknya, di Papua sangat banyak. Masyarakat Maluku harus lebih menjaga pohon yang sangat bagus ini.
Ia juga mendukung budidaya pohon masohi, karena harga kulitnya yang lebih mahal dari kulit kayu manis.
“Hasil sulingan kulit masohi bisa berharga 600 US dolar atau sekitar sepuluh juta per kilogram. Doni bahkan menyebutkan bagaimana industri penyulingan minyak atsiri yang bahan bakunya didatangkan dari Indonesia Bagian Timur. Satu drum minyak atsiri harganya mencapai 1,8 miliar rupiah. Bayangkan, betapa Papua sangat kaya,” papar Doni antusias.
Seperti halnya gagasan mengirim nelayan Hamidi ke Maluku untuk mengolah tuna, maka Doni pun memiliki ide untuk mengirim anak-anak muda Papua belajar penyulingan ke daerah lain.
Jika itu terjadi, Doni yakin, dalam waktu beberapa tahun ke depan, Papua bisa menjadi sentra produksi atsiri terbesar di Indonesia. Selanjutnya, bisa lebih dikembangkan ke komoditi lain seperti cengkeh, pala, sriwangi, nilam, dan lain-lain.
Dari pohon, Doni Monardo berpindah ke buah. Ia menunjuk boah matoa sebagai kekayaan bumi Papua yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Ketika Doni mengunjungi lereng kawasan Gunung Cycloop di Papua, ia melihat banyak pohon buah matoa.
Terpikir olehnya, jika bisa dibudidayakan, maka dalam waktu tujuh sampai delapan tahun ke depan, buah matoa dipastikan akan menjadi hidangan Gedung Putih (Amerika Serikat), Istana Buckingham (Inggris), bahkan menjadi hidangan penutup Kaisar Jepang.
Buah matoa adalah buah langka yang sangat dicari. Ia layak dijuluki buah raja-raja. Rasanya sangat khas, kombinasi buah-buahan tropis sekaligus.
“Sayang, saya melihat ada yang salah. Saya dengar untuk memetik buah matoa, tak jarang masyarakat menebang sepohon-pohonnya. Ini sungguh sebuah kesalahan,” ujar Doni prihatin.
Betapa, Kepala BNPB begitu piawai, menggabungkan aktivitas pencegahan bencana melalui ajakan menjaga lingkungan. Bukan menjaga sembarang menjaga, melainkan menjaga dengan melakukan budidaya, yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tabik.
Laporan Egy Massadiah dari Bumi Cendrawasih