Hal ini perlu dimulai dengan memastikan bahwa pemerintah dan perusahaan swasta memiliki sistem yang diperlukan, pelatihan, dan prosedur bisnis yang berkelanjutan agar dapat melindungi diri dari berbagai serangan di dunia maya dan juga siap menghadapi krisis. Jadi dari mana kita memulainya?
Data: inti sebuah ekosistem cerdas
Di era digital saat ini, data merupakan aset yang paling penting dalam sebuah smart city. Data dapat menyediakan wawasan bagi badan pemerintah dan perusahaan, serta dapat memengaruhi keputusan dan tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
Data ini juga dapat menjadi pemicu false alarm (alarm palsu) yang dapat menimbulkan kepanikan, misalnya sebuah serangan siber di rumah sakit yang dapat mengganggu kegiatan medis yang sudah terjadwal, atau mungkin serangan terhadap lampu lalu lintas di persimpangan jalan atau jadwal kereta api.
Baca: Investor Hongkong Berminat Bangun Smart City di Kutai Kartanegara
Ini bukanlah fenomena masa depan, melainkan sedang terjadi saat ini. Contohnya, serangan ransomwarebernama Wannacry yang sempat mengganggu layanan kesehatan National Health Service di Inggris pada tahun 2018 serta fenomena terpicunya peringatan palsu adanya serangan rudal balistik di Hawaii yang menimbulkan kerisauan.
Seiring kemajuan ekonomi digital di Indonesia, industri perbankan semakin cepat mengadopsi teknologi baru dan saluran digital untuk meningkatkan layanannya kepada pelanggan dan mendorong transaksi non tunai.
Beberapa lembaga keuangan bahkan menyebut dirinya sebagai 'perusahaan teknologi'. Namun, penerapan praktik keamanan siber tingkat tinggi belum sejalan dengan laju evolusi.
Banyak bentuk komunikasi di antaranya yang melibatkan pertukaran data rahasia, dan hal ini dapat berisiko bagi nasabah ataupun pihak bank apabila tidak dilakukan dengan keamanan yang tinggi.
Bank BRI merupakan salah satu contoh bank terbesar di Indonesia yang telah mengambil langkah proaktif untuk memitigasi risiko siber.
Untuk melindungi data keuangan nasabahnya dan memungkinkan para karyawannya untuk bekerja sama secara lebih efektif, BRI menggunakan perangkat lunak BlackBerry’s Unified End-Point Management.
Baca: BlackBerry Luncurkan Aplikasi Percakapan BBMe, Apa Keunggulannya?
Dengan BlackBerry UEM, BRI kini memiliki manajemen endpoint yang komprehensif dan solusi policy control (kontrol kebijakan) untuk perangkat dan aplikasi.
Perangkat lunak ini juga dapat memastikan bahwa BRI akan senantiasa mampu mematuhi regulasi mengenai perlindungan data dan keamanan yang baru.
Memperkuat keamanan saat terjadi keadaan darurat
Dalam sebuah rancangan smart city, informasi harus diamankan di setiap lapisan. Pendekatan holistik dengan memanfaatkan perangkat lunak yang aman, pemberian pelatihan, menerapkan berbagai kebijakan serta prosedur yang tepat akan mengurangi risiko terhadapkeamanan siber, privasi data, dan membantu mencegah bencana buatan manusia.