Pertemuan Jokowi-Prabowo, yang menurut Pramono Anung akan dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya, tidak berarti Prabowo akan bergabung dengan pemerintah, misalnya dengan menjadi ketua atau anggota Dewan Pertimbangan Presiden, atau jabatan lain yang sangat terhormat.
Tapi yang pasti, baik Jokowi maupun Prabowo berharap setelah pertemuan itu tak ada lagi stigma negatif “kecebong” dan “kampret” serta polarisasi masyarakat pendukung capres-cawapres nomor urut 01 (Jokowi-Maruf) dengan pendukung capres-cawapres nomor urut 02 (Prabowo-Sandi). Yang ada adalah garuda Pancasila, Persatuan Indonesia.
Bila setelah ini masih ada pihak-pihak yang belum legawa terhadap hasil Pilpres 2019, itu artinya mereka bukan bagian dari Jokowi atau Prabowo.
Bila setelah ini ada pihak-pihak yang mengajukan syarat tertentu untuk rekonsiliasi atau islah, misalnya memulangkan HRS dari Arab Saudi, mereka juga bukan bagian dari Jokowi atau Prabowo.
Jika mau menjadi bagian dari Jokowi dan Prabowo serta bangsa ini, maka bersatulah. Persatuan adalah di atas segala-galanya. Sebab itulah maka Prabowo pun bertemu Jokowi, sebagai simbol persatuan nasional.
Bangsa yang bersatu tak akan bisa dikalahkan oleh siapa pun dan dengan cara apa pun. Bangsa yang bersatu akan mampu meraih kemajuan, kesejahteraan dan keadilan. Insya Allah!
Drs. H. Sumaryoto Padmodiningrat, M.M.: Mantan Anggota DPR RI / Chief Executive Officer (CEO) Konsultan dan Survei Indonesia (KSI), Jakarta.