*Oleh: KH. Imam Jazuli
Ustad Abdul Somad (UAS) selalu mengingatkan pada golongan Sofis di Athena, Yunani, Abad 5 SM. Debat-debat filsafat dan pemikiran yang mereka perkenalkan hanya untuk mencari kemenangan. Sejak kaum Sofis muncul, sejak itu pula relativisme mulai dikenal. Kebenaran tidak harus milik bersama, di mana individu dan kelompok dapat menyimpannya untuk kalangan terbatas.
Metode (manhaj) dakwah UAS, sebagaimana kaum Sofis, adalah metode yang panas.
Konten-konten yang dipropagandakan juga panas; penggemar K-Pop dan drama Korea kafir, Patung Salib dihuni jin kafir, dan yang terakhir memanas adalah seruan pergi berjihad ke Wamena, Papua.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua, KH. Syaiful Islam al-Payage, mendorong umat muslim menahan diri untuk tidak pergi berjihad ke Papua.
Kaum Sofis Athena tidak saklek dalam menyebarkan ajaran. Kadang kala mereka menggunakan humor-humor yang memikat dan mengelabui kesadaran publik. Dalam sebuah perdebatan terbuka, kaum Sofis mempertanyakan bolehnya berdusta.
Berdusta boleh dilakukan karena orang berdusta tidak mengada-ada, tetapi hanya sedang berbicara perkara lain yang berbeda.
Sebagaimana kaum Sofis, UAS memisahkan kebenaran dari kebenaran lain.
Ada konten-konten ceramah yang hanya untuk konsumsi terbatas, ada pula yang menang dipersiapkan untuk publik. Sehingga jika tanpa sengaja kebenaran yang limited-edition ini bocor ke publik maka itu kesalahan yang tidak disengaja. Yang salah bukan pada diri UAS, tetapi pihak yang mengupload dan membocorkannya. UAS tidak sudi minta maaf.
Pembatalan Sepihak Panitia
Publik luas mengerti kaum Sofis Athena sulit dilawan. Mereka kaya logika dan lihai bermain kata-kata. Sokrates, Plato, dan Aristoteles menolak Sofis karena mengajarkan relativisme.
Karenanya, pembatalan sepihak oleh panitia acara tabligh akbar dan ceramah keagamaan UAS masih dapat dimengerti.
Ceramah keagamaan UAS ditolak di mana-mana; Semarang, Malang, Solo, Boyolali, Jombang, Kediri, dan yang terbaru adalah pembatalan kegiatan tablighnya di Yogyakarta dan Belanda (Utrecht, Den Haag, dan Amsterdam).
Pihak Universitas Gadjah Mada (UGM) tidak berkenan Masjid Kampus digunakan sebagai tempat dakwah UAS.
Pembatalan sepihak oleh panitia mengecewakan kubu supporter UAS.
Tuduhan miring bersliweran di media online. Salah satunya mengatakan, siapapun yang gigih menentang UAS dipastikan adalah kubu Jokowers.
Kaum Sofis Athena memang “raja logika” dan melalui kata-kata mereka mampu menciptakan kekhawatiran publik. Termasuk sekarang, apakah benar jika saya tidak berkenan model panas dakwah UAS secara otomatis saya adalah pendukung Jokowi?
Pembatalan sepihak oleh UGM terhadap acara UAS berkaca pada fakta sejarah.