Janji Jokowi untuk mengadakan test masif terhadap virus ini sulit ditepati karena biaya yang dikeluarkan untuk melakukan test korona terhadap 269 juta penduduk Indonesia sangatlah besar.
Kedua, anger. Banyak pihak yang marah terhadap virus ini sehingga mencari sumber penyebar sampai kambing hitam.
Bisa saja kambing hitam marah sama kelelawar hitam yang disinyalir menjadi salah satu sumber virus yang katanya asal Wuhan ini.
Karena virus ini banyak orang yang kehilangan pekerjaan sehingga menjadi marah. From hunger to anger sudah jadi kenyataan.
Dalam perjalanan untuk shooting untuk mengisi content YouTube, saya melihat pedagang sayur yang marah karena dagangannya tidak laku.
Di video yang menjadi viral, ada serombongan pedagang sayur segar yang membuang dagangannya ke sungai dengan alasan yang sama.
Orang yang lapar bukan hanya menggelepar dan terkapar, tetapi juga jadi sangar dan mengumbar angkara murka.
Ketiga, bargaining. Posisi tawar-menawar antara pertimbangan medis dan kepentingan ekonomi sama kuatnya.
Tarik tambang sudut pandang yang sama kuatnya ini membuat pemerintah bukan saja bimbang, melainkan mengalami pneumonia.
Siapa yang tidak sesak nafas saat tabungan menipis tetapi pengeluaran naik drastis? Siapa yang kembali jadi korban?
Jika dua raksasa berkelahi, kurcaci yang ada di tengah ngacir dan kucar-kacir.
Keempat, depression. Kekecewaan dan keputusasaan bisa berlanjut ke depresi.
Orang yang terserang depresi bisa putus asa karena merasa tidak berdaya, bahkan tidak berharga, sampai ujungnya sulit berpikir, berkonsentrasi, apalagi mengambil keputusan.
Jika itu yang terjadi, termasuk pemerintah, bisa jadi mengambil langkah mengibarkan bendera putih atau melempar handuk, padahal, kita tidak boleh kalah melawan wabah.