News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

PPDB, Berebut Keadilan di Ibu Kota

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr Anwar Budiman SH SE MH MM.

Oleh: Dr Anwar Budiman SH MH

TRIBUNNEWS.COM - Orang-orang sedang berebut keadilan, khususnya di Ibu Kota, terkait proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Umur atau nilai akademikkah, "keadilan" yang sedang diperebutkan itu.

Pilih salah satu, umur atau nilai akademik. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lebih memilih umur, dan itu dianggap adil.

Sedangkan orangtua yang nilai akademik anaknya tinggi, memilih nilai akademik, karena itulah yang dirasa adil.

Jangankan berebut keadilan, keadilan itu sendiri terlalu sulit parameternya. Keadilan itu relatif. Bahkan sekadar definisinya saja, keadilan itu terlalu sulit untuk dirumuskan.

Makanya ada banyak definisi keadilan menurut para filsuf dan ahli, dan ternyata definisi itu berbeda satu sama lain.

Intinya, keadilan adalah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, atau sesuai proporsinya.

Atau mungkin kita bisa menggarisbawahi definisi keadilan menurut Franz Magnis Suseno (6 Mei 1936-sekarang) bahwa keadilan ialah keadaan antarmanusia yang diperlakukan dengan sama ,yang sesuai dengan hak serta kewajiban masing-masing.

Tapi baiklah. Semua itu bermula dari sistem zonasi dalam PPDB yang tidak lagi melihat nilai akademik, tetapi berdasarkan zona dan usia.

Apabila jumlah pendaftar dalam PPDB Jalur Zonasi melebihi daya tampung, maka dilakukan seleksi berdasarkan usia, urutan pilihan sekolah, dan waktu mendaftar. Usia yang lebih tua akan didahulukan.

Dengan kata lain, bodoh pun, asal tinggal dekat dengan sekolah dan umurnya lebih tua dari yang lain, calon peserta didik itulah yang mendapat prioritas untuk diterima di sekolah negeri yang dituju.

Sebaliknya, pintar atau nilai akademiknya tinggi sekalipun, kalau tinggalnya tidak dekat dengan sekolah dan umurnya pun lebih muda dari yang lain, maka ia akan tersingkir.

Bila ada dua calon peserta didik yang jarak rumah mereka dengan sekolah masih dalam zona yang sama, tapi umurnya berbeda, maka yang akan diterima adalah calon peserta didik yang usianya lebih tua, meskipun nilai akademik calon peserta didik yang usianya lebih muda lebih tinggi, sedangkan yang lebih tua nilai akademiknya lebih rendah.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini