Salah satu yang saya ambil menjadi foto Merapi di Ensiklopedia Britannica. Bagian “Geger Boyo” tampak di foto itu.
Pada Juni 2006, saat ke Kaliadem, saya turun melihat Sabo Dam ESDM-1. Tahun itu saya belum bergabung menjadi narasumber di Kementerian PU, karena masih di Migas dan Petrokimia.
Terasa bau belerang yang kuat dan hembusan udara dingin yang aneh tidak seperti biasanya. Saat berada di dekat bunker Kaliadem, saya sempat meminta beberapa warga turun.
Bau belerang sangat kuat, dan suasana aneh. Saya sempat berpikiran kalau terjadi awan panas untuk masuk bunker.
Saya pernah membaca bunker itu karya pakar sipil sebagai bagian proyek rumah perlindungan dari awan panas.
Tapi saya kemudian berpikiran lebih baik turun karena sudah mulai petang dan lokasi yang terlalu dekat jurang Lalu saya mengendarai Terrano untuk turun, tidak jauh ke selatan terasa terjadi getaran kuat pada mobil.
Tadinya saya kira ban mobil bocor. Saya periksa, semua ban ternyata kondisi baik. Tiba-tiba terdengar suara teriakan di handy talky (HT). "Geger boyo runtuh...!!!"
Saya membalik badan dan melihat kepulan awan panas bergulung-gulung hitam. Suara gemuruh mulai menerjang Kaliadem yang hanya 3 kilometer dari puncak Merapi.
Segera saya masuk mobil, memacu kencang di tengah getaran-getaran yang terasa kuat. Mobil menyusuri jalan pinggiran jurang menuju Dusun Bronggang.
Saya berputar ke timur menuju Pos Balerante, Kemalang, Klaten. Tiba di Pos Balerante, kepulan hitam kemerahan awan panas masih terlihat jelas di Selatan-Tenggara kaki Merapi..
Kami mendengar ada dua orang dicari dan diperkirakan masuk ke bunker, yang ternyata bunker tersebut tertimbun material awan panas.
Setelah bertemu rekan-rekan Balerante, dan menceritakan pengalaman menegangkan mirip film Dante's Peak, saya serasa seperti baru saja menjadi Pierce Brosnan. (*)