OLEH : HARSONO HADI, Learning Coach
PADA 2019, World Happiness Report merilis laporan terbaru daftar negara bahagia di dunia.
Daftar disusun berdasarkan beberapa point factors, di antaranya harapan hidup, dukungan sosial, serta tingkat korupsi yang ada.
Empat teratas negara bahagia terdiri dari negara-negara di kawasan Skandinavia, yakni Finlandia, Denmark, Norwegia dan Islandia.
Sementara itu Indonesia menempati peringkat 92. Di Asia Tenggara berada di bawah Singapura, Thailand, Filipina dan Malaysia. Indoneia masih di atas Vietnam, Kamboja, Laos, dan Myanmar.
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) akhir 2019 mencatat indeks kebahagiaan orang Indonesia mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir.
Indeks yang disusun menjadi 3 dimensi: yaitu kepuasan hidup, perasaan, dan makna hidup.
Dari ketiga dimensi ini, kepuasan hidup berkontribusi paling besar, yakni 35 persen. Dilanjutkan dimensi perasaan (31 persen), dan dimensi makna hidup (34 persen).
Banyak orang menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan dan sesuatu yang menjadi cita-cita dalam hidupnya.
Bahagia juga sering dikaitkan dengan capaian seseorang, kelompok atau komunitas dan atau daerah tertentu.
Jika dilihat lebih dalam, makna kata bahagia berbeda dengan kata senang. Secara umum kata bahagia dapat diartikan kenyamanan dan kenikmatan spiritual yang sempurna.
Bahagia juga bisa rasa kepuasan, serta tidak adanya kekurangan dalam pikiran sehingga memunculkan perasaan tenang serta damai.
Kebahagiaan seringkali dikaitkan erat dengan aspek kejiwaan, sehingga cenderung abstrak dan tidak dapat disentuh dan diraba.
Baca: Harsono Hadi, Pencetus Jargon Ini Jelaskan Mengapa Mesti “Jangan Lupa Bahagia?”
Adrian Furnham dalam salah satu jurnal mengenai emotional intelligence dan happiness menuliskan bahagia sebagai to do your life satisfaction or equally the absence of psychology distress.