OLEH : Dr KRISTIANA HARYANTI MSi, Psikolog/Dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata/Direktur Pusat Psikologi Terapan (PPT) Soegijapranata, Semarang
MESKI prediksi tentang masa berakhirnya pandemi Covid-19 telah banyak dilakukan para ahli, nyatanya hingga akhir Juli 2020 pandemi Covid-19 belum juga berakhir.
Kehidupan “new normal” hanya menjadi wacana karena sampai detik ini virus Corona masih merajalela.
Beberapa negara yang sudah menyatakan terbebas dari virus Corona ternyata menemukan lagi virus tersebut di negaranya.
Situasi tersebut menyadarkan kita, virus Covid-19 masih tetap ada. Masyarakat dihadapkan pada ketidakjelasan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.
Situasi pandemi Covid-19 telah meningkatkan ketidakpastian pada berbagai situasi baik itu dari sisi ekonomi, pekerjaan, keuangan, relasi dan tentu saja kesehatan fisik dan mental yang kita miliki.
Padahal pada umumnya kita menginginkan terjaminnya situasi yang aman. Keamanan adalah esensi dasar dari sebuah kehidupan.
Tuhan menciptakan indera untuk kita agar dapat selalu waspada dan mencari situasi yang aman untuk dapat mempertahankan hidupnya.
Rasa aman yang kita miliki akan membuat kita mampu mengendalikan hidup kita termasuk mengupayakan terjadinya kesejahteraan dalam kehidupan yang kita jalani.
Ketakutan dan ketidakpastian dapat membuat seseorang mengalami stres, kecemasan serta mengalami ketidakberdayaan atas arah hidup yang sudah direncanakan.
Ketidakjelasan yang dialami akan menguras habis emosi dan kita akan terjebak dalam pemikiran yang tidak berujung.
“Bagaimana jika…” serta pemikiran-pemikiran buruk dan negatif tentang kemungkinan yang terjadi besok. Suatu pemikiran yang melelahkan tiada akhir.
Secara psikologis setiap manusia memiliki ketahanan dan toleransi terhadap stres yang berbeda-beda satu dengan yang lain.
Termasuk bagaimana mereka berperilaku dalam menghadapi suatu ketidakpastian atau ketidakjelasan.