Oleh: Rossyda Priyadarshini
Telur merupakan salah satu komoditas yang banyak diminati konsumen dan merupakan produk protein hewani yang murah dan terjangkau lapisan masyarakat.
Peningkatan produksi peternakan harus didukung dengan pengadaan pakan ternak yang berkualitas tinggi, tersedia dalam jumlah yang cukup, memiliki kontinuitas dan harga yang relatif murah serta tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.
Penyediaan pakan merupakan kunci keberhasilan pada industri peternakan, khususnya ayam petelur. Pengeluaran untuk komponen pakan mencapai 70% dari total biaya produksi.
Oleh karena itu pengetahuan dan ketrampilan serta inovasi untuk membuat pakan ternak berkualitas sekaligus murah menjadi suatu hal yang penting.
Komponen utama dalam pakan ternak adalah tepung ikan sebagai sumber selulosa dan bungkil kedelai sebagai sumber protein.
Kedua komponen tersebut hingga saat ini masih impor, sehingga harga menjadi sangat fluktuatif dan merupakan faktor pembatas bagi kesejahteraan peternak, karena profit menjadi sulit dikendalikan.
Pemanfaatan bahan baku lokal yang melimpah ketersediaan dan kontinuitasnya serta memiliki kemampuan untuk menggantikan tepung ikan dan bungkil kedelai adalah salah satu terobosan penting bagi peternak.
Pemanfaatan bahan baku pakan alternatif yang berkualitas dan terjaga kontinuitasnya diharapkan dapat menggantikan penggunaan tepung ikan dan bungkil kedelai yang harganya cukup mahal.
Bahan baku pakan lokal umumnya masih memiliki karakteristik yang buruk, seperti tingginya kandungan serat kasar, rendahnya kandungan protein kasar bahan baku, keseimbangan asam amino yang rendah dan adanya zat anti nutrisi.
Oleh karena itu diperlukan penanganan bahan baku pakan lokal sebelum digunakan sebagai bahan pakan, baik dari aspek pengolahan maupun peningkatan mutu melalui penambahan pakan imbuhan alami yang berfungsi sebagai antibiotik .
Pengolahan bahan pakan dilakukan baik secara fisik, kimia, biologi, maupun kombinasinya (fermentasi). Secara fisik, bahan baku diubah ukurannya menjadi lebih halus dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyerapan.
Implementasi teknik fermentasi diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisi pakan dari bahan lokal sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap tepung ikan dan bungkil kedelai.
Bahan baku lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif antara lain berasal dari limbah pertanian seperti limbah singkong, dedak padi, limbah jagung.
Bahan pakan lokal yang dapat dimanfaatkan adalah bahan yang merupakan sumber selulosa (jagung) sedang sebagai sumber protein bisa menggunakan hijauan seperti lamtoro, turi, gamal, daun nangka, daun pisang, atau bungkil.
Bahan-bahan tersebut dicampur dan dicacah kemudian di lakukan fermentasi sebelum diberikan pada ternak sebagai pakan.
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan melibatkan mikroorganisme.
Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimiawi dari senyawa-senyawa organik (karbohidrat, lemak, protein, dan bahan organik lain) baik dalam keadaan aerob maupun anaerob, melalui kerja enzim yang dihasilkan oleh mikroba.
Fermentasi bahan pakan mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana. Teknologi fermentasi banyak dilakukan untuk peningkatan nilai gizi bahan pakan lokal serta meningkatkan
kandungan protein pada ketela pohon, bungkil kelapa, misalnya melalui fermentasi dengan menggunakan Aspergillus niger
Teknologi fermentasi bahan pakan lokal telah banyak dilakukan di bidang pakan ternak yang merupakan salah satu upaya pemanfaatan bahan baku pakan lokal sebagai bahan pakan ternak.
Fermentasi dengan menggunakan kapang memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna, sehingga diharapkan dapat meningkatkan nutrisinya.
Salah satu teknik fermentasi yang biasa dilakukan adalah menggunakan penambahan mikroba yang berperan dalam proses dekomposisi (dari golongan Bacillus, Lactobacillus, atau Rhizopus). Secara sederhana hal ini bisa dilakukan menggunakan ragi tempe, ataupun EM4.
Bahan pakan yang sudah difermentasi ini dikombinasikan dengan penambahan komponen fungsional dengan tujuan meningkatkan kadar nutrisi pakan.
Penambahan komponen fungsional dalam pakan juga penting untuk meningkatkan produktivitas ternak, sekaligus bertujuan untuk menekan jumlah gas metana, nitrogen, amonia, fenol, indol, dan biogenik amina dari feses ternak yang berpotensi menimbulkan polusi lingkungan.
Ada berbagai jenis bahan alami yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan tambahan komponen fungsional pakan, antara lain tanaman herbal, rempah-rempah, maupun ekstrak komponen aktif dalam tanaman.
Salah satu jenis rempah yang sering dipakai adalah temulawak. Komponen ini mampu meningkatkan performa, kecernaan, dan pertambahan berat badan ternak, karena memiliki kandungan kurkumin 2,29 % dan minyak atsiri 3.81%
Implementasi bahan pakan lokal yang dibuat secara manual dan diujicobakan pada peternak, ternyata mampu memberikan produk telur yang cukup berkualitas yang secara kualitatif diindikasikan dari warna kulit yang lebih gelap, warna kuning telur lebih gelap, lebih kental serta cangkang telur yang lebih keras.
* Dr.Ir. Rossyda Priyadarshini, MP Dosen Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur