Atas paparan para pihak, Doni mengaku lega dan bangga.
Terasa ada marwah kekompakan.
Adanya satu komando, utamanya terkait larangan mudik, mulai dari instruksi presiden hingga ke petugas pelaksana yang paling bawah.
Bahkan Doni terkesan dengan pola sosialisasi di Jawa Barat yang dalam waktu sekejap dan real time, bisa menjangkau hingga ke seluruh Ketua RW yang ada di Jawa Barat melalui broadcast medsos.
Hablum Minal Alam
Usai Rakor, Doni dan rombongan meninjau salah satu titik penyekatan di pintu tol Palimanan, Cirebon.
Di sini, Doni mendapat paparan dari Unit Lantas Polda Jabar ihwal strategi penyekatan terhadap para pemudik, hingga pengandangan angkutan umum, dan pemutarbalikan arah pemudik yang membandel.
Pesan Doni, laksanakan instruksi larangan mudik dengan persuasif. “Jangan arogan. Beri pemahaman, mengapa pemerintah melarang mudik. Kita tidak ingin Indonesia seperti India.
Data sudah jelas menyebutkan, bahwa dalam setahun pandemi, dari lima kali musim libur panjang, lima kali pula kita mengalami pelonjakan kasus, termasuk jumlah korban meninggal,” pesan Doni.
Agenda terakhir, sebelum kembali ke Jakarta, ditemani Sestama BNPB Lilik Kurniawan, Doni mampir ke Pondok Pesantren Al Mizan, di Kabupaten Majalengka.
Pondok milik tokoh muda NU yang moderat, KH Maman Imanulhaq itu, menarik perhatian Doni.
Sebelumnya, Doni sudah beberapa kali bertemu Maman, di DPR RI. Benar, Maman adalah anggota DPR RI Komisi VIII, mitra kerja BNPB.
“Dari beberapa kali pertemuan, saya selalu mendapat ilmu baru tentang kebencanaan, lingkungan hidup, termasuk soal pohon. Bukan hanya itu, dari cara beliau menjelaskan, tidak kaku dan sangat mudah dipahami,” ujar Maman, politisi PKB itu.
Maman memberi contoh. Suatu hari dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi VIII, di luar kebiasaan, Doni Monardo menyuguhkan sukun goreng.