Oleh Gilang Adittama *)
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Bangun siang, ambil smartphone, login dan absen, kerjakan tugas sekadarnya, lalu main game dan nongkrong di jejaring sosial seharian.
Itulah gambaran umum rutinitas para pelajar di masa pandemi.
Hal ini menjadi keluhan setiap orang tua karena memperpanjang waktu yang anak-anak habiskan di depan layar atau yang populer disebut ‘screen time’.
Sudah begitu banyak kajian ilmiah di ranah pendidikan maupun kedokteran membuktikan banyaknya dampak buruk dari screen time pada manusia modern, khususnya anak-anak dan remaja.
Beberapa pendapat bahkan secara ekstrem mengatakan bahwa kita telah memasuki era distraksi di mana mindfulness (terfokus dan penuh penghayatan) menjadi barang langka.
Para orang tua tentu saja menginginkan anak-anak mereka tetap berada di kondisi mindful dengan melakukan kegiatan edukatif di rumah selama pandemi.
Untuk menjawab kerisauan tersebut, filateli sebetulnya bisa menawarkan beragam manfaat bagi anak-anak dan remaja di era distraksi dan pandemi.
Sejak awal munculnya, hobi filateli seolah sudah ditakdirkan menjadi hobi indoor.
Kegiatan seperti ini tentu bisa menjadi pilihan sehat bagi tubuh dan jiwa di masa pandemi saat ini.
Hobi ini tidak menuntut penggiatnya untuk banyak ke luar rumah ataupun melakukan kontak fisik dengan penggiat lainnya.
Dahulu, para pesohor seperti Raja George ke-5, Franklin D Roosevelt, Charlie Chaplin, dan John Lennon yang jelas tidak punya banyak waktu luang juga memilih filateli sebagai pelepas penat.
Di zaman serba modern ini, seorang filatelis bisa dengan mudah mendapatkan benda pos incarannya mulai dari prangko sampai arsip- arsip cetakan langka melalui lelang online yang diselenggarakan oleh berbagai balai lelang internasional seperti Gaertner, Stanley Gibbons, Sotheby, Christie, Spink, dan David Feldman.