Salah satu contoh yang baru saja terjadi yaitu kebakaran kilang minyak Pertamina di Balongan pada April 2021, kemudian tidak lama dalam selang beberapa bulan setelahnya kilang minyak Pertamina di Cilacap pada Juni 2021 juga turut terbakar.
Tentunya ini bukan kejadian yang diharapkan, namun faktor resiko tetap ada. Puluhan ribu kilo liter minyak terbuang begitu saja dalam sekejap karena kejadian force majeure ini, belum lagi capex untuk membangun kilangnya kembali adalah biaya yang tidak sedikit dengan waktu yang tidak sebentar.
Kelima, alih pengetahuan dalam hal pemasangan cukup mudah. Kemudahan ini menjadi keuntungan tersendiri karena dapat menggunakan kearifan lokal untuk replikasi.
Hal ini dikenal juga dengan ToT (Training of Trainers). Dengan sumber daya lokal yang ada, dipastikan ketergantungan terhadap pihak penyedia teknologi menjadi berkurang bahkan nihil, yang berdampak terhadap biaya produksi yang lebih kompetitif dan menarik untuk masyarakat.
Melihat beberapa aspek diatas, energi listrik yang didapat dari matahari secara cuma-cuma memiliki faedah yang berdampak luas terhadap ekonomi rakyat, lingkungan ramah, serta output fungsi yang dapat diandalkan.
Sudah tepat kiranya Indonesia saat ini secara bertahap menambah porsi bauran sumber energi surya sampai kepada tujuan Indonesia kelak untuk mewujudkan Indonesia nirkarbon tahun 2060.
Salam Surya!