Dari masalah tersebut, Tim Wiradesa pun memiliki ide untuk mengolah minuman ini dari bentuknya yang cair menjadi bubuk agar bisa bertahan lama dan bisa dinikmati masyarakat di rumah masing-masing.
Tim Wiradesa pun merancang proses produksi sederhana dan memproduksi minuman Wedang Layang dalam bentuk bubuk dalam kemasan.
Namun, berhubung proses produksi menjadi bubuk ini merupakan hal yang baru di Desa Wisata Batu Layang maka diperlukan proses pendampingan.
Demi menyukseskan proses pendampingan maka Tim Wiradesa berkolaborasi dengan pengusaha Komunitas Tangan Di Atas (TDA) Bogor, pemilik Jahe Merah Cangkir Mas, Koperasi Maju dan Pusat Kewirausahaan Universitas Agung Podomoro (PUCEL).
Selain itu, proses produksi dilakukan dengan menggunakan mesin untuk membuat produk yang berkualitas serta memaksimalkan teknologi yang ada.
Asal mula nama Wedang Layang terinspirasi dari bahan utama pembuatannya dan tempat asal produksinya.
Terdiri dari kata Wedang yang merupakan minuman tradisional yang terbuat dari jahe. Sedangkan kata Layang diambil dari nama belakang Desa Batu Layang.
Ikon Jahe merepresentasikan bahan utama dari produk Wedang Layang dan untuk warnanya dipilih warna coklat dan putih agar logo tersebut terlihat netral dan terkesan tradisional.
Hal ini juga berlaku dalam pemilihan font yang tentunya memberikan kesan tradisional.
Untuk saat ini proses produksi Wedang Layang masih dalam tahapan packaging dan label. Nantinya, ketika semua berjalan lancar maka produk akan segera dipasarkan dalam waktu dekat.
Lung Giatto dan Evelyn Muliani Gosama, mahasiswa Universitas Agung Podomoro.