OLEH: Toni Tobing
Menurut data statistik Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, luas lahan sawit mencapai 14,99 juta hektar.
Produksi crude palm oil (CPO) minyak sawit pada 2021 mencapai 46.888 juta ton.
Konsumsi minyak sawit dalam negeri tahun 2021 mencapai 18.422 juta ton (naik 6 persen dari tahun 2020 sebesar Rp 17.349 juta ton).
Survey sosial ekonomi nasional (Susenas) oleh BPS, konsumsi minyak goreng sawit tingkat rumah tangga 2015-2020:
10,33 liter/kapita/tahun (2015)
10,65 liter/kapita/tahun (2016)
11 liter/kapita/tahun (2017)
11,27 liter/kapita/tahun (2018)
11,58 liter/kapita/tahun (2020)
Produksi minyak sawit masih mampu memenuhi keseluruhan konsumsi nasional.
Kenapa kenyataan sejak Januari tahun 2020 minyak goreng sawit langka di pasaran?
Hanya ada 4 jawara produsen besar minyak goreng sawit di Indonesia.
1. Wilmar internasional LTD. (1991) Mempunyai 450 pabrik dan jaringan distribusi di seluruh cina, India, Indonesia dan 50 negara. (Produknya Merk Fortune dan Sania)
Total wilayah ditanami kelapa sawit Wilmar sekitar 255.648 hektar (73% terletak di Indonesia) ditambah 41.407 Ha dengan skema 'plasma'
2. Indofood Agri Resources LTd (indoAgri), mempunyai 303.149 Hektar di Indonesia,. Sebagian berlokasi di Sumatera dan Kalimantan.
Kilang minyak sebagian besar berlokasi di Jakarta, Medan, Surabaya dan Bitung. Produknya Bimoli, Delima, dan happy.
3. Grup Musim Mas.
Produknya yaitu Sanco, Amago, dan Voila.
4. Royal Golden Eagle International (RGEI) dikenal sebagai Raja Garuda Mas.
Produknya minyak goreng Camar.
Hampir 55,24% lahan sawit dikuasai oleh swasta (data 2017) sumber Kementerian Pertanian.
Mampukah pemerintah memenuhi kebutuhan rakyat untuk minyak goreng sawit?
*Toni Tobing, Pengamat Kebutuhan Rakyat