Sementara Indonesia, Thailand, India, Pakistan, Ceylon/Sri Lanka menjadi inspirasi bagi negara-negara Asia lainnya untuk mendapatkan kemerdekaannya seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, Laos, Kamboja, Myanmar dan lainnya.
Apakah konferensi tersebut merupakan cerminan dari pemberantasan “tirai warna” atau rasisme?
Bukankah konferensi tersebut juga mencerminkan kebangkitan bekas jajahan sehingga membuka mata bagi negara Barat dan bahwa negara-negara Asia-Afrika yang baru saja merdeka, kini menjadi bagian penting dari urusan dunia?
67 tahun telah berlalu sejak konferensi Bandung. Saat itu merupakan era puncak perang dingin.
Saat ini pemain utama dalam urusan dunia tetap Amerika dan Rusia.
Sementara RRT biasa disebut, menjadi “ahli waris yang menunggu” atau ahli waris duga.
Namun demikian RRT telah meninggalkan komunisme dan menjadi sosialis.
RRT menjadi salah satu negara adidaya ekonomi bersaing dengan Amerika dan meninggalkan Rusia di belakang. Bagaimana pun, dalam hal keunggulan senjata, Rusia sedang diperdebatkan apakah mereka di depan atau di belakang Amerika.
Bagi negara-negara Asia lainnya, peran geopolitik lebih penting.
Baca juga: Ramah Disabilitas, Museum KAA Launching Buku Braille, Audiobook Hingga Media Video
Khususnya bagi Indonesia, sebagai negara kepulauan maka ia adalah negara maritim.
Selain itu, Indonesia berada di urutan keempat dalam hal jumlah penduduk sekaligus pemeluk Islam terbesar di dunia.
Untuk selanjutnya, semoga semangat KAA/Konferensi Bandung terus berkobar.
Untuk RRT, dengan secara konsisten (sejauh ini) menunjukkan non-intervensinya terutama dalam krisis Ukraina baru-baru ini.
Kebijakan RRT tentang Belt and Road Initiative terhadap negara-negara kurang kaya, meskipun dikritik oleh negara Barat, diapresiasi oleh negara-negara yang kurang kuat dan miskin.