Tidakkah di hampir semua WAG ada nada-nada provokatif.
Apalagi group yang anggotanya umum dan awam.
Group yang anggotanya terdidik saja kadang ada nada-nada provokatif. Ini berlaku umum, kepada siapa saja.
Ya kepada Ade Armando, Ya kepada Anies, ya kepada Presiden Jokowi, atau tokoh yang lain. Kenapa yang dicapture hanya salah satu group "yang dituduh" sebagai relawan Anies, yang nama group dan identitas relawannya juga gak dikenal.
Relawan Anies yang dikenal itu ada ANIES, Sobat Anies, Kawan Anies, Mileanis, Jabar Manis, Satria, ABC, dll. Group yang dicapture itu masih asing dan tidak pernah didengar namanya.
Apa betul itu group relawan Anies? Kapan dibuatnya? Disinilah perlunya polisi membongkarnya. Gak boleh dibiarkan sebagai instrumen politik.
Kalau memang group itu riil, bukan buatan dadakan, apakah para Pengeroyok Ade Armando itu ada di group itu? Atau setidaknya membaca group itu?
Apakah salah satu atau sejumlah orang Pengeroyok itu terprovokasi oleh ucapan di group itu? Ini harus dicari benang merahnya.
Kalau tidak bisa membuktikan ini, mesti ada konsekuensi hukum.
Sebagai contoh misalnya: ketika di satu group ada yang caci maki Anies. Lalu besok ada demo di Balikota yang caci maki Anies.
Apakah ini otomatis ada hubungan? Ya belum tentu.
Kebetulan saja mereka gak suka Anies. Ini berlaku juga untuk kasus lain, termasuk kasus Ade Armando.
Kecuali kalau, sekali lagi, kecuali kalau memang ada yang mau ambil kesempatan untuk menari di kasus ini.
Dan publik saya pikir cerdas. Tahu standar obyektifitas, standar etik dan norma politik. Publik tahu bagaimana mensikapi setiap manuver partai yang tidak punya kursi di DPR RI ini.