Selanjutnya saya tidak bicara tentang kerja formal DPR yaitu membuat UU, menyusun dan menetapkan Anggaran negara lalu mengawasi eksekutif terkait pelaksanaan UU dan Penggunaan Anggaran itu.
Saya ingin menyampaikan pada Fahri bahwa sumpah Jabatan DPR juga memperjuangkan aspirasi Rakyat dan aspirasi tersebut tidak diperjuangkan sekedar dalam kalimat UU maupun angka dalam APBN melainkan menggunakan kewenangan dan jejaring politik anggota DPR untuk melakukan pembelaan terhadap Rakyat yang dianiaya dan ditidak adillkan.
Dalam hal perjuangan kerakyatan itu, bolehkah saya bertanya di mana Fahri ketika saya dan Rakyat sejak 2015 memperjuangkan agar Berhektar-hektar tanah Cendana di kabupaten Bogor bisa dibagikan menjadi milik Rakyat.
Di mana Fahri ketika saya dan sebagian Rakyat Bogor, Cianjur, Sumedang, Bandung, Majalengka dan Cirebon hingga Semarang memperjuangkan hak atas tanahnya yang di lintasi jalur SUTET ?
Bolehkah saya bertanya pada Fahri dimana dia saat saya dan Dani Amrul Ichdan (Direksi Mind Id) bersama masyarakat Pongkor berjuang sesuai harapan Presiden Jokowi agar ribuan Rakyat bisa membentuk koperasi tambang dan menambang emas di Lahan Antam di Pongkor?
Baca juga: Tak Setuju Pemilu 2024 Ditunda, Fahri Hamzah: Kita Tidak Boleh Lagi Mendewakan Pemimpin
Dimana Fahri ketika saya dan Masyarakat Konawe Utara memperjuangkan 400 HA lahan Antam agar bisa di kelola oleh Perusahaan Daerah kabupaten Konawe Utara? Dimana Fahri ketika saya memperjuangkan 170 an-orang masyarakat Seram Bagian Barat yang telah lulus CPNS 10 tahun lalu tapi tidak pernah diangkat sebagai ASN ? Oh ya, Fahri, walau tidak memuaskan 100 % dan dengan segala kekurangan nya tapi 5 masalah itu saat ini sudah dimenangkan Rakyat.
Kenapa Fahri tidak ada bersama saya saat menjenguk ribuan Aktivis dan Mahasiswa untuk memastikan tidak ada kekerasan dalam pemeriksaan terhadap mereka yang di tahan di Polda Oktober 2020 karena menolak UU Cipta kerja?
Kemana Fahri ketika saya dan beberapa Alumni Trisakti diantaranya Maman Abdurachman, Hendro dan Iwan berjuang meyakinkan banyak orang untuk membantu Rumah dan Modal kerja pada 4 keluarga korban Trisakti ?
Kenapa justru yang menyiapkan 4 rumah untuk keluarga Korban penembakan Trisakti bukan Fahri yang konon aktivis 98 tapi Erick Thohir yang mungkin tidak ada di jalan tahun 98. Kenapa yang membantu modal kerja senilai Rp 750 juta per keluarga bukan Fahri tapi Agus Gumiwang yang mungkin juga tidak berjuang bersama mahasiswa Trisakti yang ditembak mati 24 tahun lalu.
Dimana Fahri saat ratusan pekerja taman dan kebersihan DPR gajinya tidak dibayar hingga sehari sebelum Idul Fitri. Bukankah saat itu tahun 2017 Fahri salah satu pimpinan DPR.
Kenapa sebagai pimpinan DPR Fahri membiarkan hal itu terjadi sehingga saya harus seharian berkeliling meminjam uang sana sini dan mengagunkan BPKB agar gaji ratusan pekerja itu bisa di bayar DPR sehari jelang Hari Raya Idul Fitri.
Saya tidak melihat Fahri menemani saya saat beradu otot leher di kesekjenan DPR agar Pamdal DPR tidak di potong Rp 500.000 perbulan untuk sertifikasi Pengamanan. Apakah Fahri sebagai pimpinan DPR tidak tahu kalau upah Pamdal di potong Rp 500.000 itu sama saja mengubur mimpi sekolah anak anak Pamdal itu? Bukankah sebagai pimpinan DPR Fahri bisa mencegah pemotongan itu?
Dimana Fahri ketika tahun 2014 saya harus ke Lembaga Pemasyarakatan Sulawesi Tengah lalu kembali ke Jakarta untuk meyakinkan Presiden Jokowi agar membebaskan Eva Susanti Bande salah satu aktivis 98 yang tahun 2013 di vonis 4 tahun penjara karena memperjuangkan petani sawit di sulteng? Dimana Fahri ketika saya dan aktivis 98 lainnya bolak balik berkali kali meyakinkan Presiden Jokowi agar menggunakan kewenangannya untuk membebaskan Puluhan tahanan politik Papua?
Banyak dan teramat banyak cerita yang bisa saya sampaikan. Maaf jika itu semua harus saya uraikan, bukan bermaksud memegahkan dan menyombongkan diri tapi pesan kritik yang seolah mempertanyakan komitmen itu perlu saya jawab. Melalui jawaban ini saya mencoba mengingatkan Fahri untuk tidak saling menghakimi dan mempertanyakan pilihan jalan dan pilihan perjuangan masing masing. Saya hanya ingin mengingatkan Fahri bahwa ada waktu dimana kita bicara tapi ada juga banyak waktu dimana bekerja tanpa suara. Karena seringkali satu perbuatan lebih berarti dari sejuta ucapan.