Ijtihad Politik Erbakan dari Spirit Islamisme Turki ke Sains Akademik
Catatan Perjalanan KH Imam Jazuli Lc., MA
TRIBUNNEWS.COM - Turki telah menjadi Negara Sekuler setelah dibubarkannya Dinasty Osmania, yang telah memerintah berdasarkan Syari'at Islam selama 623 tahun. Pada tanggal 1 November 1922. Mustafa Kemal Pasha, menghapuskan nilai-nilai Islam dalam Konstitusi Turki.
Mustafa Kemal kemudian mimisahkan relasi Islam dan negara, dan meletakkan dasar-dasar sekularisme dalam konstitusi negaranya pada awal berdirinya Republik Turki pada 29 Oktober 1923. Presiden-presiden berikutnya pun melanggengkan semangat sekularisme dengan dukungan penuh militer.
Tetapi, tidak semua rakyat Turki setuju dengan bentuk Negara Sekuler itu. Itulah sebabnya, ada saja perlawanan baik secara terang-terangan dengan tulisan di media masa dan orasi ilmiah akademik, maupun secara diam-diam dan membentuk gerakan atau organisasi tertentu, bahkan partai politik.
Dari banyak tokoh yang tidak sependapat itu, Erbakan adalah salah satunya yang memberikan reaksi dengan caranya sendiri. Erbakan adalah seorang akademisi, ilmuwan dan politisi yang pernah meniti karier dari bawah hingga menjabat Perdana Menteri Turki dari tahun 1996 sampai dengan 1997.
Baca juga: Necmettin Erbakan, Perdana Menteri Republik Turki Penentang Sekularisme
Untuk memperjuangan aspirasi anti-sekularisme Mustafa Kemal itu, sepulang dari Jerman, mula-mula Erbakan terjun langsung ke medan politik dan Erbakan berhasil menjadi anggota dewan legislatif pada tahun 1969 melalui jalur independen. Hingga, pada tahun 1970, Erbakan menjadi Wakil Perdana Menteri dan membentuk sebuah partai Islam (National Order Party).
Dari partai National Oder Party (NOP) ini, ideologi Islami ditanamkan kuat untuk para kadernya. Bahwa Islam adalah jawaban atas ketidakadilan, kemiskinan, birokrasi yang amburadul dan tidak menentunya proses hukum. NOP menjadi kuda tunggangan bagi Erbakan untuk mewujudkan visi misinya.
Islam dalam pandangan Erbakan lebih dari teologi dan doktrin fiqih, tetapi juga norma sosial dan siyasah yang memberi spirit pada kehidupan, dan subtansi dalam ajaran islam akan terus dibutuhkan oleh umat dengan sistem negara apapun, termasuk negara-bangsa (nation state) yang demokratis. Tetapi, karena ketegasan membawa visi islam dalam berpolitik itu akhirnya partai NOP tersebut dibubarkan oleh pemerintah militer Turki pada tahun 1971.
Tidak mau lama-lama larut, sembilan bulan kemudian Erbakan kembali mendirikan sebuah partai Islam National Salvation Party (NSP) pada tahun 1972. Lagi-lagi pemerintah militer Turki kembali membubarkan partai Islam yang didirikan oleh Erbakan tersebut pada tahun 1980.
Bersamaan dengan pembubaran partai NSP, Erbakan dimasukkan secara paksa ke dalam penjara. Pemerintah Turki melarang keikut-sertaan Erbakan dalam semua jenis aktivis politik di negara Turki hingga tahun 1987. Setelah menjalani hukuman, Erbakan diizinkan kembali untuk berpolitik.
Selepas dari penjara, Erbakan mendirikan Partai Refah (RP), dan ia menjadi pemimpin tertinggi dalam struktur organisasi partai ini. Partai tersebut merupakan partai yang mendukung gerakan Islam di Turki, memiliki struktur organisasi yang sangat teratur, dan memiliki cabang hingga skala lokal.
Partai Refah didirikan memang untuk menentang tindakan korupsi yang dilakukan oleh partai-partai besar di Turki. Melalui partai itu, Erbakan turut serta memengaruhi hasil pemilihan parlemen Turki pada tahun 1995.
Baca juga: Dampak Sekularisme Kemalis terhadap Ruang Publik di Turki
Erbakan menyampaikan beberapa usulan politik bagi pemerintah Turki, di antaranya agar Turki keluar dari keanggotaan Organisasi Perjanjian Atlantik Utara. Erbakan juga meminta agar Turki membatalkan perjanjian persahabatan dengan Israel. Selain itu, Erbakan juga meminta pemerintah Turki untuk menjalin kerja-sama dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah.