News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Spiritualitas Kemanusiaan Bung Karno

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden RI Pertama, Soekarno atau Bung Karno

Bung Karno menulis, “kalau saya melihat sejarah benua Eropah itu benar-benar penuh dengan perkelahian dan peperangan, penuh dengan pertikaian dan perjoangan, penuh dengan permusuhan dan kebencian. Perang-perang penggantian raja, perang-perang “agama”, perang-perang nasional.”

Latar sejarah tentang permusuhan dan kebencian menjadi titik refleksi Bung Karno dalam menulis. Perang saudara di Eropa tersebut telah menghancurkan psikologis, harta benda serta mengoyak rasa kemanusiaan.

Selanjutnya Bung Karno bertanya, akan benar-benarkah perkataan Ritman yang diungkapkannya di muka radio Nirom, bahwa Eropa menghadapi anarki? Akan benar-benarkah perkataan Gandhi, bahwa Eropa akan tenggelam tak dapat tertolong lagi tatkala ia dulu berpidato di Bardoli?

Melihat fakta sejarah Eropa tersebut Bung Karno tidak percaya bahwa Eropa akan tenggelam.

Bung Karno bersikap tidak pesimistis; “Saya percaya, saya yakin, perikemanusiaan akan selalu maju, selalu naik, selalu bertambah sedar.

Perikemanusiaan itu satu-satu kali jatuh, atau beberapa kali jatuh. Sampai lututnya, tangannya dan mulutnya berlumuran darah, itu tidaklah saya anggap sebagai berhentinya sejarah.

Baca juga: Usulan Prabowo Terkait Rusia-Ukraina Jadi Sorotan Dunia, Pengamat Ingatkan Sosok Bung Karno

Itu saya anggap sebagai kesakitannya evolusi sejarah, sebagaimana tiap-tiap seorang ibu menderita sakit yang maha-berbahaya pada setiap saat ia melahirkan bayi.”

Bung Karno menulis pesan tentang kemanusiaan begitu sangat mendalam. Sudah begitu lama bangsa Indonesia merumuskan aspek filosofis kemanusiaan.

Kemanusiaan yang bergema kuat menjadi alasan Indonesia harus merdeka.

Diksi kemanusiaan, telah membuat para pendiri bangsa, khususnya Bung Karno, merumuskan tesis sederhana, bahwa kemerdekaan Indonesia pada dasarnya adalah jalan dan “jembatan emas” untuk membebaskan manusia Indonesia dari belenggu penjajahan. Penjajahan politik, ekonomi, budaya, pendeknya segala penjajahan yang mengerdilkan harga diri kita sebagai bangsa.

Dari pembahasan tentang kemanusiaan itulah bergema kata-kata Mutiara Mahatma Gandhi, my nasionalism is humanity.

Bung Karno semakin menegaskan pernyataan Gandhi dengan menggali keseluruhan aspek kemanusiaan.

Lahirlah nasionalisme sebagai gelegar semangat agar bangsa Indonesia bersatu dan berjuang memperoleh kemerdekaan.

Bung Karno berpendapat, nasionalisme Indonesia itu murni dan penuh idealisme. Ia adalah satu nasionalisme yang akan bersemi dan mekar dalam kebun raya internasionalisme yang indah.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini