News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Memori Tragedi Sabra Shatila dan Genosida di Jalur Gaza

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambar yang diambil dari kota Sderot di Israel selatan pada tanggal 23 Oktober 2023, menunjukkan asap dan puing-puing membubung di Jalur Gaza utara setelah serangan Israel, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Ribuan orang, baik warga Israel maupun Palestina, tewas sejak 7 Oktober 2023, setelah militan Hamas Palestina yang berbasis di Jalur Gaza, memasuki Israel selatan dalam serangan mendadak yang menyebabkan Israel menyatakan perang terhadap Hamas di Gaza pada 8 Oktober. (Photo by Jack Guez / AFP)

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Pada 16 September 1982, kelompok bersenjata Partai Falangis (Phalange) Lebanon menyerbu kamp pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila, Beirut, Lebanon.

Penyerbuan oleh milisi Kristen Maronit Lebanon ini berlangsung tiga hari, dan diperkirakan antara 2.000 hingga 3.500 warga sipil Palestina terbunuh.

Ini konflik sangat berdarah di Lebanon, yang ketika itu pasukan Israel begitu jauh terlibat dalam pertikaian antarkelompok politik di Lebanon.

Milisi Falangis dikomandoi antara lain Eli Hobeika, yang kelak jadi angota parlemen dan menteri di pemerintahan Lebanon.

Baca juga: Invasi Darat Israel ke Jalur Gaza Ditunda atau Batal?

Baca juga: Siapa Membom Rumah Sakit Al Ahli di Jalur Gaza?  

Baca juga: Siapa Bisa Cegah Eksodus dari Jalur Gaza?

Sabra dan Shatila menjadi blok permukiman yang dihuni ribuan penduduk Palestina yang mengungsi ke Beirut akibat konflik di tanah air mereka dengan Israel.

Di antara para pengungsi itu bercampur anggota maupun simpatisan Palestina Liberation Organization (PLO) yang diburu pasukan Israel.

PLO dipimpin tokoh legendaris perlawanan Palestina, Yaser Arafat atau dikenal juga dengan sebutan Abu Amar.

Israel memiliki hubungan sangat baik dengan faksi-faksi Kristen Lebanon, dan menjadikan mereka proksi guna melawan kelompok petempur Palestina.

Milisi Maronit di Lebanon dilatih dan dipersenjatai, dan dijadikan Israel garda terdepan untuk mengumpulkan informasi intelijen lawannya.

Sabra adalah nama permukiman miskin di pinggiran selatan Beirut Barat, yang bersebelahan dengan kamp pengungsi UNRWA Shatila yang dibangun untuk para pengungsi Palestina pada 1949.

Bertahun kemudian penduduk kedua wilayah ini menjadi semakin bercampur, sehingga penyebutan Sabra dan Shatila menjadi sudah biasa

PLO ketika itu menggunakan Lebanon selatan sebagai pangkalan serangan ke Israel. Penyerbuan Sabra Shatila sesungguhnya jadi puncak rentetan konflik yang terjadi jauh sebelum hari-hari itu.

Konflik Palestina-Israel, konflik di antara kelompok politik di Lebanon, maupun gerakan perlawanan global yang dilakukan elemen-elemen lain di Palestina.

Di antaranya upaya pembunuhan Dubes Israel di London, Shlomo Argov pada 4 Juni 1982. Israel murka dan menjadikannya alasan memburu petempur PLO hingga ke Beirut.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini