Israel kehilangan sekurangnya 1.400 warganya, baik sipil maupun militer, termasuk warga negara asing akibat serbuan petempur Hamas.
Sebaliknya, tak terhitung lagi infrastruktur bangunan di Gaza yang dibumiratakan Israel lewat pengeboman siang malam sejak 7 Oktober 2023.
Tokoh-tokoh radikal Israel secara terbuka telah memimpikan aksi bumihangus Gaza dan Hamas, dan ingin menjadikan sebagian Gaza menjadi “danau”.
Langkah awal telah dilakukan dengan ultimatum agar setengah wilayah Gaza, terutama di utara mulai Wadi Gaza hingga perbatasan dengan Israel, dikosongkan.
Skema setelah wilayah Gaza utara kosong, semua yang ada di permukaan akan dibumiratakan, dan Israel menciptakan perimeter keamanan lebar dari garis perbatasan mereka dengan Gaza.
Tokoh garis keras Partai Likud, Moshe Feiglin, belum puas atas pembalasan yang dilakukan Israel ke Gaza selama tiga pekan terakhir.
Ia ingin Gaza dibakar habis, penduduknya digiring menyeberangi Rafah, dan ditempatkan ke gurun Sinai Mesir.
Sebaliknya, rakyat Palestina memiliki hak asasi untuk mempertahankan tanah tumpah darah mereka, lewat cara apapun.
Melihat sikap-sikap radikal elite Zionis Israel seperti ini, maka prospek perdamaian Israel-Palestina jauh panggang dari api untuk masa dekat ini.
Sejauh Washington masih bersikap mendukung Israel tanpa syarat, usaha perdamaian yang dilakukan negara maupun organisasi internasional, menjadi suram hasilnya.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)