News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Apa yang Harus Kita Tahu Tentang Isu Kim Jong-un Akan Memicu Perang Korea

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kedua dari kanan) melambai saat dia menyaksikan pertunjukan besar Tahun Baru bersamanya putrinya Ju Ae di Stadion May Day di Pyongyang.

Ancaman Jong-un itu muncul seiring agenda Jepang, Korea Selatan, dan AS yang memperluas latihan militer gabungan.

Kim Jong-un menganggap latihan militer gabungan tiga negara itu adalah persiapan invasi ke Korea Utara.

Kim Jong Un juga telah mengubah sikapnya secara fundamental, mengabaikan tujuan unifikasi dengan Korea Selatan, dan kini menyebut saudaranya di selatan sebagai “musuh utama”.

Setelah beberapa tahun lalu Korut meledakkan gedung di perbatasan dengan Korsel yang dibangun sebagai jembatan rekonsiliasi, Jong-un diduga telah menghancurkan monumen Pyongyang setinggi 30 meter (100 kaki) yang melambangkan tujuan rekonsiliasi dengan Korea Selatan.

NK News, sebuah publikasi online yang memantau perkembangan di negara tersebut, mengatakan citra satelit yang diambil pada Selasa lalu menunjukkan Monumen Tiga Piagam Reunifikasi Nasional, yang secara informal dikenal sebagai Lengkungan Reunifikasi, sudah tidak ada lagi.

Ini adalah Langkah drastis yang menunjukkan kekerasan hati Kim Jong-un, pemimpin di negeri paling tertutup di dunia ini.

Lantas, apakah benar perang akan kembali berkobar di Korea? Ada beberpa faktor kunci yang bisa menentukannnya.

Faktor itu terkait geopolitik. Secara historis dan politis, China adalah kekuatan utama di balik Korut, meski kadang ada perbedaan dengan Kim Jong-un.

Dalam beberapa hal Kim Jong-un bukan sosok yang mau disetir oleh Beijing. Tapi faktor China akan menentukan, sebagaimana posisi AS terhadap Korsel.

Kedua kekuatan adidaya ini bisa menentukan apakah ketegangan akan pecah terbuka jadi konflik, atau tetap dijaga keseimbangannya supaya berlangsung seperti sekarang.

Jika satu dari dua kekuatan ini membuka peluang konflik terbuka, maka tombol pertempuran akan langsung dipencet Kim Jong-un.

Sejauh ini, AS dan China masih berusaha mengerem agar ketegangan di Semenajung Korea tidak pecah bisul jadi perang terbuka.

Masih ada spot konflik di Timur Tengah dan Ukraina, yang lebih jadi perhatian AS saat ini ketimbang terperosok di spot konflik baru yang bisa menguras energi dan keuangan mereka.

Sementara China seperti biasa, tidak menunjukkan sikap agresif seperti AS, namun juga telah siap jika konflik militer terjadi sewaktu-waktu.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini