Partai Rakyat Republik menang di 36 dari 81 kota di Turki. Selain Istanbul, ibu kota Ankara juga dimenangi partai ini.
Mansur Yavaş (CHP) memenangi kursi Wali Kota Ankara. Pemilu ini juga menyoroti variasi regional yang signifikan dalam hal kesetiaan politik.
Meskipun partai Erdogan mempertahankan dominasinya di wilayah tengah Turki, CHP memperoleh kemajuan besar di wilayah selatan, wilayah yang baru-baru ini dilanda bencana gempa bumi.
Sebaliknya, Partai Demokratik Rakyat (HDP) yang pro-Kurdi menguasai 10 provinsi di wilayah tenggara yang mayoritas penduduknya adalah suku Kurdi.
Ini menunjukkan diversifikasi keterwakilan dan prioritas politik kawasan ini bagi lansekap politik nasional Turki.
Paling menyolok adalah kemenangan Partai Kesejahteraan Baru yang berhaluan moderat di Provinsi Şanlıurfa.
Partai ini sekutu utama Erdogan, dan keunggulannya menandai penataan kembali faksi-faksi politik di Turki sebagai respons terhadap tekanan domestik dan internasional.
Termasuk cukup signifikan adalah dampak perang di Jalur Gaza.
Ketika era Erdogan mungkin akan segera berakhir, munculnya kekuatan dan keberpihakan politik baru menandakan periode introspeksi dan potensi pengalihan perhatian bagi Turki.
Mereka akan menavigasi antara identitas historisnya yang sangat mengakar dan tekanan kebutuhan dari pemerintahan modern.
Implikasi dari transisi ini tidak hanya berdampak pada Turki, tetapi juga berpotensi mempengaruhi perannya di panggung global, khususnya dalam kaitannya mempertahankan keseimbangan barat dan timur dan Timur Tengah.
Ketika Turki berada di persimpangan jalan ini, narasi politik yang berkembang akan sangat penting dalam membentuk tidak hanya masa depannya tetapi juga warisannya di bawah kepemimpinan Erdogan.
Dampak Krisis Ekonomi Turki
Ketika Turki bergulat dengan krisis ekonomi yang parah, dampaknya sangat terasa di arena politik, khususnya mempengaruhi hasil Pemilu baru-baru ini.