News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Akhir Era Erdogan dan Masa Depan Turki di Tengah Perubahan Global

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Turki Tayyip Erdogan dan istrinya Ermine Erdogan melambaikan tangan kepada para pendukungnya menyusul kemenangannya pada putaran kedua pemilihan presiden di Istana Kepresidenan di Ankara pada awal 29 Mei 2023. (Photo by Adem ALTAN / AFP)

Namun juga merupakan ujian penting bagi kemampuan pemerintahannya dalam menanggapi kebutuhan mendesak warganya.

Kalibrasi ulang politik di Turki, di tengah kesulitan ekonomi, menyoroti ketahanan proses demokrasi dan pentingnya tata kelola ekonomi dalam membentuk lansekap politik.

Pergeseran pemilih ke arah oposisi, yang didorong problem ekonomi, menunjukkan keinginan meluas transparansi, reformasi, dan distribusi sumber daya yang lebih adil.

Ketika Turki berupaya mengatasi tantangan ekonominya, dunia memperhatikan dengan cermat dan menyadari dampak yang lebih luas terhadap stabilitas regional dan tatanan ekonomi global.

Era Baru PascaErdogan

Kemenangan pihak oposisi, khususnya CHP, tidak hanya ditafsirkan sebagai mandat untuk melakukan perubahan namun juga sebagai titik balik yang signifikan dalam iklim politik Turki.

Özgür Özel, pemimpin CHP, menekankan sentimen ini, dengan menyatakan keputusan para pemilih membuka pintu menuju iklim politik baru.

Di sisi lain, hasil Pemilu menjadi teguran terhadap Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), dan menandakan keengganan masyarakat sekuler perkotaan untuk mendukung Islamisasi lebih lanjut.

Meski mendapat kritik pribadi, Erdogan tetap menjadi sosok yang dihormati dan dicintai dalam politik Turki, menantang narasi otoritarianisme ala barat.

Di panggung internasional, Erdogan tetap memperoleh dukungan kuat rakyat Turki. Hanya ke depan diprediksi Turkiye akan menyaksikan fase liberalisasi dalam kebijakan dalam negerinya.

Kepemimpinan saat ini diharapkan dapat mengintensifkan upaya pemberantasan korupsi, meningkatkan dukungan sosial bagi masyarakat, dan pergantian tokoh AKP di level daerah.

Kalibrasi ulang ini juga dapat mencakup penilaian ulang aliansi dan kemitraan.

Di bidang internasional, Ankara siap untuk melanjutkan pemulihan hubungan dengan barat, khususnya dengan AS dan Uni Eropa.

Erdogan akan memanfaatkan keselarasan ini untuk mengimbangi narasi oposisi sambil secara hati-hati menjaga hubungan dengan mitra non-barat.

Tindakan penyeimbangan yang rumit dalam hubungan luar negeri ini mencerminkan upaya strategis untuk menavigasi kompleksitas geopolitik global, memastikan kepentingan Turki terlindungi di tengah pergeseran aliansi.

Pemilihan kota memang menandai momen penting bagi Turki, yang mendorong penilaian reflektif terhadap kebijakan internal dan eksternalnya.

Seruan para pemilih untuk melakukan perubahan sudah jelas, dan tanggapan dari partai yang berkuasa dan oposisi akan menentukan arah negara ini di tahun-tahun mendatang.

Ketika Turki menjalani transformasi ini, ketahanan lembaga-lembaga demokrasinya dan visi strategis kepemimpinannya akan sangat penting dalam mengarahkan negaranya menuju masa depan yang sejahtera dan inklusif.

Pendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan merayakan kemenangan Erdogan di Istanbul pada 28 Mei 2023. Recep Tayyip Erdogan telah mengokohkan statusnya sebagai tokoh terpenting dalam sejarah Turki modern, setelah kemenangan pada putaran kedua presiden 28 Mei 2023 memperpanjang dua periode transformatifnya. aturan dekade hingga 2028. (Photo by Yasin AKGUL / AFP) (AFP/YASIN AKGUL)

Adaptasi Perubahan Tatanan Global

Dalam perkembangan hubungan internasional, tatanan dunia lama sedang dibentuk kembali, dengan memperkenalkan aturan-aturan baru dalam keterlibatan di panggung global.

Transformasi ini memerlukan adaptasi strategis oleh semua negara, dan Turki menghadapi serangkaian tantangan dan peluang yang unik.

Kemunduran dunia unipolar, yang didominasi AS setelah era perang dingin, telah membuka jalan bagi tatanan dunia yang lebih multipolar.

Negara-negara berkembang semakin menegaskan pengaruhnya, dan aliansi tradisional sedang dievaluasi ulang.

Bagi Turki, sebuah negara yang terletak di dua benua dan memiliki banyak garis patahan—geopolitik, budaya, dan ekonomi—perubahan ini menawarkan kesempatan mendefinisikan kembali perannya.

Signifikansi geopolitik Turki seringkali menjadi andalan dalam hubungan internasional. Ketika tatanan global berubah, Turki mengubah posisi aliansinya.

Hubungan historisnya dengan barat melalui NATO dan aspirasinya untuk menjadi anggota UE sedang dikaji ulang mengingat ambivalensi UE dan pergeseran prioritas Amerika.

Sementara itu, hubungan Turki dengan Rusia dan Tiongkok menjadi semakin signifikan, baik secara ekonomi maupun militer.

Menyeimbangkan hubungan-hubungan ini sambil mempertahankan otonomi strategisnya sangatlah penting.

Dalam dunia multipolar, saling ketergantungan ekonomi bisa menjadi pedang bermata dua.

Perekonomian Turki, yang menghadapi tantangan besar, harus beradaptasi agar dapat berkembang di tengah perubahan ekonomi global.

Diversifikasi mitra dagang, menarik investasi asing, dan meningkatkan inovasi teknologi merupakan langkah-langkah untuk menjamin ketahanan ekonomi.

Peran Turki dalam stabilitas regional, khususnya di Timur Tengah dan Mediterania Timur, semakin jelas.

Tindakannya di Suriah, Libya, dan konflik Nagorno-Karabakh mencerminkan aspirasi regionalnya yang lebih luas.

Menyeimbangkan gaya politik intervensionis ini dengan kebutuhan akan stabilitas regional akan menjadi upaya yang tidak gampang bagi Turki.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini