Namun banyak yang tahu, Iran tidak akan berhenti hanya pada kata-kata saja. Tindakan dalam bentuk apa pun tidak bisa dihindari.
Dalam hal ini, tindakan penghancuran lembaga diplomatik (konsulat Iran di Damaskus) sangat demonstratif.
Perang Asimetrik Prinsip Favorit Iran
Menurut Lukyanov, aksi balas dendamnya kemungkinan juga tidak akan kalah flamboyannya. Bagaimanapun, asimetri adalah salah satu prinsip favorit Teheran.
Serangan ke konsulat Iran di Suriah terjadi pada peringatan 45 tahun proklamasi Republik Islam oleh Ayatollah Khomeini.
Itu mungkin suatu kebetulan, tetapi, seperti yang mereka katakan, itu simbolis. Revolusi 1979 menciptakan sebuah negara yang sangat bertentangan dengan lanskap politik wilayah tersebut.
Republik baru ini berkonflik dengan semua orang, tanpa kecuali, hanya karena sifat rezimnya, yang secara kualitatif berbeda dari rezim mitra eksternal mana pun.
Akibatnya, mereka hanya bisa mengandalkan diri mereka sendiri dan mengeksploitasi kontradiksi obyektif pihak lain.
Oleh karena itu, sejak awal, Teheran menggunakan taktik yang kemudian disebut sebagai taktik “hibrida” atau tidak langsung.
Hal ini mengarah pada segala macam bentuk konfrontasi tidak langsung dan seringkali tidak diketahui, sehingga memberikan ruang yang luas bagi fleksibilitas.
Tentu saja banyak yang berubah sejak saat itu, dan Iran bukan lagi negara paria revolusioner, namun tradisi dan persepsi diri yang terpisah tetap ada.
Paradoksnya adalah Iran dan Israel, yang merupakan antagonis utama di kawasan ini, memiliki banyak kesamaan, setidaknya dalam hal posisi mereka di kawasan.
Israel adalah negara lain yang dalam banyak hal berselisih dengan semua negara tetangganya.
Strategi kelangsungan hidupnya juga sebagian besar didasarkan pada penggunaan berbagai cara yang tidak lazim, beberapa di antaranya tersembunyi.