Catatan Sepakbola Bagian- III
OLEH: M. Nigara
HARI INI, 19 April 1930, Ir. Soeratin dan kawan-kawan dengan gagah berani menyatakan keINDONESIAannya melalui PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia). Sementara Indonesia sendiri belum lagi terlahir.
Kamis (18/4/24) malam, Rizky Ridho dan kawan-kawan, telah memberi kado kemenangan 1-0 atas Australia dalam laga lanjutan grup A putaran final Piala Asia. Sungguh satu hadiah indah.
Sementara, catatan sepakbola saya bagian III, juga saya persembahkan untuk PSSI....
PRO dan KONTRA naturalisasi pemain untuk tim nasional kita, masih dan pasti akan terus berlanjut. Padahal pemain naturalisasi bukan barang baru. Tim-tim dari negara yang pernah 4, 3, 2, 1 kali juara dunia saja tak ragu menggunakan, bahkan anak-anak imgran, dan pemain dari negeri bekas jajahan pun mereka rekrut.
**
SEKALI LAGI tentang pemain naturalisasi yang berdatangan ke dalam tim nasional Merah-Putih. Sekali lagi juga tentang pro dan kontra dengan gelombang para pemain keturunan. Sekali lagi soal kebebasan bersikap dan berpendapat.
Di era seperti sekarang, jangankan PSSI dengan kebijakannya mendatangkan pemain keturunan, apa saja bisa dibuat pro dan kontra. Dan, siapa pun seolah bebas berpendapat. Meski ketika ditanya, apa yang sudah mereka sumbangkan untuk kemajuan dan prestasi sepakbola tanah air yang nyata, beribu gaya mengelak, pasti mereka kedepankan.
Itulah indahnya sepakbola. Siapa saja boleh membincangkannya. Bahkan orang yang tak punya pengetahuan tentang sepakbola pun tidak dilarang untuk membahasnya. Malah tidak jarang, orang di luaran itu, sering merasa jauh lebih hebat dari pelatih siapa pun. Tidak ada yang salah, dan itulah sepakbola.
Maka, sampai kapan pun, pro dan kontra, bukan hanya persoalan naturalisasi, apa pun selalu ada dan pasti banyak pandangan berbeda. Yang perlu kita hindari, khususnya tentang naturalisasi, perbedaan itu tidak diisi oleh hal-hal negatif. Maklum, belakangan muncul rumor tentang ada 'mafia sepakbola' di belakang anti naturalisasi dan pelemahan secara khusus Shin Tae-yong.
Saya sendiri tidak yakin mereka atau pengamat yang anti itu dibekingi 'mafia sepakbola'. Saya juga tidak tahu apakah tudingan itu memiliki landasan fakta. Intinya, saya tidak ingin masuk ke wilayah yang serba belum jelas itu.
Lalu, apa sebenarnya alasan konkret dia atau mereka begitu anti naturalisasi dan berupaya menyepelekan palatih STY? Tentu hanya mereka yang tahu. Buat saya, itu adalah bentuk kebebasan berpendapat.
Naturalisasi, Imigran, Koloni
Di dunia, sejak lama, ada tiga jenis pemain yang selama ini menjadi penghuni tim nasional berbagai negara. Ketiganya adalah: Para pemain yang berasal dari anak imigran. Lalu, pemain negeri koloni (jajahan). Dan yang ketiga, naturalisasi. Ketiganya jelas dan tegas bukan warga negara 100 persen.
Di Indonesia, yang saat ini sedang ramai dibahas hanya naturalisasi saja.