TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memimpin penembakan salvo peluru kendali yang disebut pemicu perang nuklir.
Simulasi yang diklaim serangan balik nuklir ke sasaran musuh itu dilakukan 22 April 2024, mengarah ke Laut Jepang.
Ada empat peluru kendali ditembakkan dari truk-truk peluncur rudal. Jepang, Korsel, dan AS memprotes keras peluncuran rudal Korut ini.
Apa yang dilakukan Kim Jong-un ini sebenarnya reaksi saja. Angkatan Udara Korsel dan AS menggelar latihan gabungan yang dianggap Pyongyang sebagai provokasi ke utara.
Tes peluncuran rudal dari jarak pendek hingga balistik jarak jauh rutin dilakukan Korut setiap ada pergerakan militer di selatan.
Kim Jong-un sengaja menggunakan unjuk peluncuran rudal ini sebagai kekuatan penangkal atas musuh-musuhnya.
Baca juga: Korea Utara Luncurkan Rudal Balistik Jarak Menengah ke Laut Lepas Pantai Timur, Bikin Jepang Jengkel
Baca juga: Kim Jong Un Nyalakan Alarm Perang, Minta Tentara Muda Korea Utara Bersiap Hadapi Musuh
Baca juga: Bila AS Tolong Israel dan Korea Utara-Rusia Bantu Iran, Perang Dunia III Bukan Mustahil Terjadi
Korea Utara ingin menunjukkan kapasitas mereka membalas secara cepat dan serentak serangan nuklir ke wilayah mereka.
Unit-unit militer Korut menyempurnakan prosedur dan urutan operasi dalam skenario hipotetis di mana alarm krisis nuklir tingkat tertinggi di Korea Utara dikeluarkan sebagai respons suatu serangan.
Rudal yang diluncurkan secara akurat mengenai sasaran di sebuah pulau kosong di Laut Jepang yang berjarak 352 kilometer dari lokasi peluncuran.
Lantas apakah klaim Kim Jong-un tentang peluncuran rudal pemicu nuklir ini menunjukkan ancaman nyata perang nuklir bakal pecah di Asia? Bagaimana dengan potensi di Eropa?
Potensi perang di Semenanjung Korea, Laut China Selatan, dan Taiwan memang besar. Bisa terjadi sewaktu-waktu dan semua melibatkan negara-negara berkekuatan nuklir.
Meski Korsel belum masuk ke jajaran negara nuklir, AS dan sekutunya sebagai beking utama Seoul tidak mungkin mengabaikan ancaman ini.
Saudaranya di utara, sudah dipastikan menguasai teknologi senjata balistik hingga hipersonik, sekalipun belum meyakinkan apakah juga sudah menguasai bom nuklir atau bom hidrogen.
Peluncuran empat rudal pada Senin itu jadi rangkaian peluncuran rudal lain beberapa hari sebelumnya.