News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Kematian Vina Cirebon

Akhirnya CCTV Kasus Vina Muncul, Siapa 'Sutradara' di Balik Pemberitaan Semua Ini?

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Beredar rekaman CCTV diduga detik-detik pembunuhan Vina Cirebon dan Eky dianiaya sekelompok geng motor di Cirebon. Siapa (Oknum) sutradara dibalik semua pemberitaan yang--disengaja--dibuat panjang ini?

Oleh : Dr. KRMT Roy Suryo

Selama ini sudah banyak saya sengaja tidak berkomentar dan-atau menolak menjadi narasumber dari Kasus Vina yang terjadi 8 tahun silam (2016) tsb.

Bagaimana tidak? Kasus yang sebelumnya melibatkan "orang-orang yang bukan siapa2" ini tampak sekali blow-up pemberitaannya.

Sudah hampir sebulan ini, tiap malam semua media mainstream memberitakan sampai membuatkan dialog-dialog siaran langsung terus menerus kasus ini.

Mulai dari munculnya orang-orang yang bermaksud membela satu pihak versus pihak lainnya, komentator lokal yng bersuara hanya berdasarkan cerita sampai bisa-bisanya kesurupan dijadikan fakta.

Lebay, kalau kata masyarakat sekarang ini, sebab sampai-sampai ada TV yang menayangkan topik yng sama selama 2-3 minggu berturut-turut untuk acara Dialog Live-nya, sampai-sampai dalam edisi minggu lalu tampak seperti mengada-ada, baik topik yng dibahas maupun narasumber-narasumbernya.

Belum lagi kelau melihat isi pemberitaannya, tampak tidak ada topik lain yang sebenarnya jauh lebih layak dibahas selain topik ini.

Dalam diskusi live tsb sampai-sampai diskusi hanya berisi debat kusir antar Narasumbernya yang sangat konyol dan tidak mencerdaskan bahkan bisa disebut membodohi masyarakat.

Padahal sebenarnya sebagaimana yang seharusnya diberitakan, justru sangat banyak topik berita yang jauh lebih penting dibahas dan didiskusikan selain melulu hanya topik ini.

Mulai dari Kasus Korupsi Timah 271 Triliun yang sampai-sampai terjadi "saling intip" 2 institusi penegak hukum, kasus TAPERA yang sangat memberatkan masyarakat karena sangat tidak masuk akal dan dikhawatirkan hanya akan menjadi ajang korupsi baru, sampai kasus-sampai lain seperti Putusan MA soal batas usia Calon Kepala Daerah yang sangat tampak ada pesanan oknum tertentu.

Kasus-kasus yang sejatinya lebih penting diatas sebenarnya jauh lebih krusial untuk mendapatkan porsi pemberitaan yng lebih besar dibandingkan dengan hanya mengulang-ulang statemen dari pihak-[ihak di kasus tahun 2016 tsb.

Dampak yang akan dirasakan masyarakat jauh lebih besar akibatnya kalau kasus-kasus Korupsi Timah, Pemotongan TAPERA sampai ke Calon Kepala/Wakil Kepala Daerah belum cukup umur lagi yang diloloskan dari Peraturan yang seenaknya diubah tsb.

Jadi disinilah tampak kalau pemberitaan berlebihan kasus Vina ini malah ditengarai memang digunakan untuk menutup-nutupi kasus-kasus besar tersebut.

Setelah selama ini topik yang dibahas tampak "jauh panggang dari fakta" misalnya hanya berdasar ilusi film yang sengaja dibuat berjudul "Vina Sebelum 7 Hari", kejadian halusinasi "Kesurupan" yang tidak bisa dijadikan fakta hukum, sampai ke munculnya nama-nama baru yang berani mengaku sebagai "Saksi-saksi Fakta" kasus yang terjadi tanggal 27 Agustus 2016 silam tsb.

Kini mulai muncul bukti baru berupa screenshot/tangkapan-tangkapan Layar CCTV (Close Circuit TeleVision) yang disebut-sebut berasal dari kasus tsb.

Screenshot-screenshot yang masih berupa kolase ini memang belum bisa diuji kebenarannya, apalagi disebut-sebut hanya berasal dari pihak ketiga yang memposting di Akun TikTok dan IG.

CCTV yang belum bisa diuji kebenarannya ini memang penting untuk ditandaskan sebelumnya, karena seharusnya CCTV yang bisa digunakan sebagai Alat Bukti--sesuai Pasal 5 dan 6 UU ITE--adalah bukan hanya berupa screenShot-screenShot saja tetapi rekaman video utuh yang bisa diputar untuk dianalisis kualitas video dan metadata asli CCTV tsb.

Secara teknis rekaman CCTV dalam DVR/Digital Video Recorder biasanya memang bertahan 1-2 bulan (kalau harddisknya berkapasitas 500GB sd 1TB saat itu).

Kalau sekarang mungkin saja harddisk DVR di CCTV bisa sampai berkapasitas 2TB - 4TB, tetapi itu juga tidak akan bisa menyimpan sampai 8 tahun (2016 sampai 2024).

Secara teknis kalau melihat screenshot-sccreenShot CCTV yang sekarang ditampilkan, jelas ada rekaman videonya yang utuh dan ada kesengajaan untuk "disimpan" mulai dari peristiwa tsb sampai sekarang.

Karena adegan-adegan yang ditampilkan cukup signifikan, mulai dari genk motor yang berkerumun, ada yang membawa balok kayu ukuran besar, sampai kepada terekamnnya sosok wanita lain (selain Vina) dalam CCTV tsb.

Secara teknis juga kualitas dari Rekaman CCTV ini cukup jelas dan layak untuk dianalisis, karena teknologi tahun 2016 meski belum berkualitas HD/4K seperti kamera-kamera sekarang, tidak Low-Res sehingga bisa ditelaah secara ilmiah.

Apalagi disebut-sebut Jumlah CCTV yang ada di TKP sebenarnya bukan hanya 1 (satu) tetapi sampai berjumlah 7 (tujuh) kamera CCTV, mulai dari perempatan, perumahan mewah, minimarket-minimarket seperti Indomaret & Alfamart sampai ke jembatan/Fly-over Talun.

Kalau melihat kualitas screenshot CCTV ini kondisinya jauh lebih bagus dari CCTV di salah satu Pondok Pesantren di Cikarang yang sempat saya dihadirkan selaku Ahli oleh LBH Jakarta di Sidang PN Cikarang tahun 2022 lalu & Alhamdulillah bisa menjadi bukti utama dalam persidangannya dan membebaskan pihak yang tidak bersalah.

Sebagaimana kasus kopi sianida Jessica di Kafe Olivier yang juga kembali menjadi heboh gara-gara ada Tayangan di NetFlix sebelumnya, CCTV di kasus itu diragukan di sidang karena penayangan CCTV-nya tidak sesuai protap alat bukti karena hanya diambil dari USB flashdisk dan bukan dari DVR aslinya.

Apalagi kalau memang benar sebenarnya rekaman CCTV kasus Vina ini sudah "disimpan" selama 8 tahun dan tidak ditampilkan di sidang bulan Februari 2017 silam gara-gara "tidak ada Ahli" (?)

Sungguh sangat absurd mengingat sejak 2004 saja saya sudah sering dihadirkan untuk kasus-kasus seperti ini.

Kesimpulannya, munculnya screenshot- screenshot CCTV yang baru ditampilkan sekarang ini semakin menambah kecurigaan saya terhadap kasus ini.

Jelas ada tampak kesengajaan untuk "membuat panjang" pengungkapan kasusnya dan sekali lagi dimungkinkan untuk menutupi kasus-kasus besar lainnya diatas (korupsi timah, TAPERA, Putusan MA bahkan kasus lama soal Kilometer 50).

Siapa (Oknum) "sutradara" dibalik semua pemberitaan yang--disengaja--dibuat panjang ini?

Kasihan masyarakat, harus terbebani lagi dengan perbincangan yang sebenarnya tidak perlu gara-gara negara yang makin tidak baik-baik saja ini ...

)* Dr. KRMT Roy Suryo, Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini