Pada kasus pneumonia, Fisioterapi pun mengambil peran penting.
Setelah asesmen, kemudian menganalisa dari permasalahan-permasalahan yang muncul diantaranya : sesak napas, pola napas yang cepat dangkal, batuk , berdahak, spasme otot-otot bantu pernapasan dan otot-otot perut, deformitas sangkar dada, penurunan pengembangan sangkar dada (thorax expantion), penurunan endurance, penurunan mobilisasi pasien karena harus tirah baring (bdrest) lama, sehingga dapat menimbulkan komplikasi bedrest.
Dan intervensi dari permasalahan-permasalahan di atas adalah: Latihan pernapasan (breathing Exercise) yang benar , jenis dan dosisnya sesuai yang diprogramkan Fisioterapis, perbaikan dan pengendalian pola napas, pembersihan jalan napas (airways clearance ), relaksasi otot-otot bantu pernapasan, batuk efektif, mobilisasi sangkar dada (chest mobility) dan mobilisasi dini.
Pelayanan Rehabilitatif atau pemulihan adalah upaya kegiatan dan atau serangkaian kegiaatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. ( UU no 36 tahun 2009).
Ketika jamaah harus dirawat karena sesuatu hal yang menghawatirkan, maka salah satu tugas Fisioterapi adalah mobilisasi dini.
Hal ini dilakukan supaya pasien endurance nya cepat meningkat, cepat mandiri, mengurangi Length Of Stay (LOS) pasien di Rumah Sakit , sehingga terhindar dari penyakit nosokomial atau penyakit karena tertular dari pasien lain yang sedang dirawat bersama.
Demikianlah sekelumit tentang peran Fisioterapi saat penyelenggaran ibadah Haji dan Umroh.
Terima kasih banyak kepada Kemenag dan Kemenkes yang telah mempercayakan Fisioterapi menjadi petugas PPIH pada tahun ini.
Sekiranya ke depan akan lebih banyak lagi Fisioterapis yang dapat menjadi petugas, sehingga lebih banyak lagi Jamaah yang dapat dilayani Fisioterapi.