Oleh: Letkol Inf Yudhi Yahya, SH
Dansatgas TMMD Ke-121 Kodim 0720/Rembang
TERIK mentari, panas, menyengat. Namun sorot mata pria berseragam loreng khas Tentara Nasional Indonesia (TNI) ini masih fokus, tajam menatap pada bangunan jembatan yang hampir rampung. Keringat pun terlihat mengalir deras, membasahi baju loreng yang dipakai. Tapi dia tetap kokoh berdiri, tidak bergeming, menatap ke ujung jembatan.
Sementara itu, hembusan angin bertiup pelan, menabuh dedaunan jati yang mulai meranggas, menyambut kemarau. Angin kembali bertiup, menghadirkan kesejukan. Seketika lelaki berseragam loreng mengembangkan senyuman, menandakan rasa bangga dan puas atas pekerjaan itu.
Sebagian prajurit terlihat menyiapkan material untuk bahan pengecoran jembatan. Mengangkut batu-batu koral, dan pasir dengan tong bekas cat, serta ada yang mengangkut semen. Semua disiapkan berdekatan dengan molen (mesin pengaduk cor).
Kaos bertuliskan Satgas TMMD ke-121 pun basah oleh keringat. Sementara tapak-tapak tangan kokoh itupun terlihat memerah. Sementara celana sudah penuh dengan bekas-bekas cipratan cor yang menempel.
Itulah pemandangan yang dijumpai saat dimulainya tahapan program TNI Manunggal Membangun Desa ke-121 yang digelar di Desa Labuhan Kidul, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Buka Akses Dua Desa Dengan Jembatan Penghubung
Di tengah hamparan hijau yang membentang luas di Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang, terwujud sebuah perubahan signifikan yang akan berdampak besar bagi kehidupan masyarakat setempat. Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-121 kali ini memfokuskan diri pada pembangunan infrastruktur yang sangat dibutuhkan, yaitu sebuah jembatan penghubung yang menghubungkan dua desa terisolir.
Pembangunan jembatan ini bukan sekadar proyek fisik, ini adalah jembatan yang akan menghubungkan harapan dan impian masyarakat Desa Labuhan Kidul dan Desa Bendo. Sebelumnya, kedua desa ini terpisah oleh sebuah sungai yang kerap kali meluap, sehingga menghambat mobilitas dan akses ke berbagai fasilitas penting seperti pasar, sekolah, dan layanan kesehatan.
Sejak dimulainya program TMMD 121, personel TNI, bersama dengan warga desa, telah bekerja keras dengan semangat gotong royong untuk mewujudkan jembatan ini. Pekerjaan dimulai dengan survei lokasi, diikuti dengan pengerjaan fondasi dan struktur jembatan yang kokoh. Selama proses konstruksi, tantangan cuaca dan medan tidak menyurutkan semangat para pekerja, karena mereka menyadari betapa pentingnya proyek ini bagi kehidupan sehari-hari masyarakat.
Hari demi hari, jembatan tersebut mulai menunjukkan bentuknya. Para anggota TNI, dengan dukungan warga, tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga memastikan bahwa proses tersebut melibatkan pelatihan keterampilan bagi masyarakat lokal. Hal ini diharapkan dapat menambah kapasitas mereka dalam merawat dan memelihara infrastruktur yang telah dibangun.
Jembatan sepanjang 10 meter dan lebar 3,5 meter ini tidak hanya menjadi penghubung dari kedua desa, yakni Labuhan Kidul dan Bendo saja, namun keberadaan jembatan akan mempermudah kedua warga untuk mengangkut hasil pertanian.
Hutan Belantara dan Bukit Terjal Bukan Penghalang Wujudkan Impian Warga