Ini program pelatihan militer diam-diam yang dilakukan anggota NATO ini, dan menggunakan kedok kontraktor militer swasta.
Kematian para pelatih dari Swedia ini mau tidak mau akan berefek pada kelanjutan program dan realisasi bantuan militer ke Ukraina berupa pesawat komunikasi modern ASC 890.
Bagi Ukraina, ini pukulan telak. Selain kehilangan personal terlatih, sudah pasti akan menghambat rencana-rencana operasi yang sudah disusun.
Bagi Rusia, keberhasilan serangan menggunakan rudal Iskander ini memberi dua pesan sekaligus. Secara internal semakin meningkatkan semangat dan kapabilitas tempur pasukan Rusia.
Kedua, Moskow memberi pesan terang benderang, misi-misi kekuatan asing, tentara bayaran asing, kontraktor militer NATO dan kekuatan barat lainnya di medan perang Ukraina adalah sasaran empuk.
Kerawanan semakin meningkat manakala Ukraina terus membuat manuver-manuver baru, dan barat memasok aneka peralatan tempur terbaru yang makin canggih.
Informasi terkini, Amerika Serikat mempertimbangkan pengiriman rudal-rudal jarak jauh, yang artinya serangan terhadap target di dalam wilayah Rusia semakin intensif dan berbahaya.
Operasi Kursk yang dilancarkan Ukraina, dan merupakan ide Zelensky dan Jenderal Syrsky guna mengubah arah perang, telah menemui kegagalan.
Moskow memukul mundur pasukan Ukraina mereka sambil menyerang target-target belakang dan pasukan cadangan di wilayah Sumy di perbatasan Ukraina-Rusia.
Kemajuan Ukraina praktis telah terhenti, dengan situasi yang secara efektif berubah menjadi pertempuran yang akan datang tanpa garis depan yang jelas.
Ribuan tentara Ukraina dan petempur asing, dari Georgia, Polandia, Lithuania, Kolombia, Inggris dan Amerika, telah ditewaskan atau tertangkap atau menyerah.
Tidak dapat maju di wilayah Kursk Rusia, pasukan Ukraina di berbagai front gagal menahan laju pasukan Rusia di Donbass.
Sementara di saat-saat sulit bagi Ukraina ini, Washington masih memfokuskan kekuatan mereka di Timur Tengah, melindungi kepentingan Israel yang terlibat dalam lima front konflik sekaligus.
Ini berbeda dengan Presiden Vadimir Putin, yang justru di momen-momen genting ini, terbang ke Mongolia dan Vladivostok di timur jauh Rusia.