News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Etika Lingkungan dalam Pemilu

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Benny Sabdo, anggota Bawaslu DKI Jakarta

Kesalahan cara pandang ini bersumber dari etika antroposentrisme, yang memandang manusia sebagai pusat dari alam semesta, dan hanya manusia yang memiliki nilai, sementara alam dan segala isinya sekadar alat bagi pemuasan kepentingan dan kebutuhan hidup manusia.

Manusia dianggap berada di luar, di atas dan terpisah dari alam. Bahkan, manusia dipahami sebagai penguasa atas alam yang boleh melakukan apa saja terhadap alam semesta.

Cara pandang seperti ini melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif tanpa kepedulian sama sekali terhadap alam dan segala isinya yang dianggap tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri. Semestinya manusia tidak hanya dilihat sebagai makhluk sosial belaka, tetapi juga sebagai makhluk ekologis yang identitasnya ikut dibentuk oleh alam semesta (Keraf, 2022:xv).

Buku ini merefleksikan hubungan kompleks antara kondisi lingkungan global, perubahan iklim dan proses demokrasi melalui pemilu. Buku ini juga mengupas dampak lingkungan terhadap dinamika politik, menjelaskan bagaimana etika lingkungan menjadi pusat perhatian dalam pembentukan kebijakan dan merinci strategi untuk mengoptimalkan pemilu sebagai sarana untuk mendukung pelestarian lingkungan.

Dengan demikian, buku ini dapat menjadi kompas yang mendalam dan informatif bagi pembaca yang tertarik untuk memahami peran kritis pemilu dalam menjawab tantangan lingkungan global.

Menurut Arne Naess, penulis buku klasik di bidang etika lingkungan, krisis lingkungan dewasa ini hanya dapat diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam secara fundamental dan radikal.

Yang dibutuhkan ialah sebuah pola hidup atau gaya hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang per orang, tetapi juga budaya masyarakat secara keseluruhan. Maknanya, dibutuhkan etika lingkungan hidup yang menuntun manusia untuk berinteraksi secara baru dalam alam semesta.

The last but not least, Sri Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si menyerukan pertobatan ekologis bagi umat manusia. Laudato Si menggugah kesadaran kita untuk membuat bumi menjadi tempat tinggal yang lebih baik bagi seluruh makhluk hidup.

Kita memanggul tanggung jawab lingkungan untuk mengatasi krisis ekologi saat ini, teristimewa para kandidat yang berlaga pada pilkada di seluruh Indonesia pada 27 November mendatang!

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini