Gerak maju Rusia ini dijalankan Putin karena AS memiliki begitu banyak pangkalan militer di semua benua, dan berusaha meningkatkan control globalnya.
Putin menegaskan, Amerika Serikat tengah melakukan segalanya untuk mempertahankan dominasi militer dan politik globalnya, berapa pun biayanya, dengan memanfaatkan Ukraina dan berupaya menimbulkan kekalahan strategis bagi Rusia.
Washington telah mengirim lebih banyak pasukan ke Eropa, Arktik, dan Pasifik dengan dalih dugaan ancaman Rusia dan menangkal perluasan pengaruh Tiongkok.
Di Pasifik, Amerika Serikat bersama Inggris dan Australia telah meneken pakta militer AUKUS, dan akan diperluas ke Selandia Baru, Jepang, Korea, dan kemungkinan Filipina.
Indonesia juga dipandang strategis dan Pentagon dan Australia baru saja menggelar latihan militer Garuda Shield di Jawa Timur.
Aneka peralatan tempur canggih Pentagon diturunkan, dan tentara Amerika bersama TNI menggelar berbagai simulasi pertahanan maupun penyerangan aktif.
Amerika dan sekutunya juga tanpa malu lagi mengabarkan rencana mereka menyebarkan rudal jarak menengah dan pendek di wilayah Pasifik Barat.
Washington secara terbuka berusaha memprovokasi perlombaan senjata baru, tanpa memperhatikan keamanan sekutu-sekutu mereka di Eropa dan Asia.
Aktivitas Amerika itu akan menjungkirbalikkan arsitektur keamanan yang ada di Asia-Pasifik dengan efek yang mengganggu pada keseimbangan kekuatan di wilayah ini.
Kebijakan ini berisiko memicu krisis berbahaya di Eropa, serta di kawasan Asia-Pasifik, karena kerentanana pecahnya konflik baru yang bisa menghancurkan segalanya.
Tapi menurut Vladimir Putin, Rusia siap menghadapi setiap perkembangan potensial dalam situasi yang diciptakan kekuatan hegemonic ini.
Termasuk mempertimbangkan perubahan doktrin nuklir mereka, sebagai antisipasi jika konflik Ukraina secara ekstrem mengubah geopolitik dan kontestasi peperangan.
Pemerintah Amerika di bawah Presiden Joe Biden telah menempatkan Rusia dan China sebagai ancaman keamanan terbesar negara mereka.
Kebijakan ini secara garis besar akan dipertahankan Kamala Harris, kandidat Presiden AS yang akan bertarung melawan Donald Trump di Pemilihan Presiden November mendatang.
Trump memiliki perspektif agak berbeda dalam hal kebijakan luar negeri serta militerisme ala Pentagon.
Namun demikian, Donald Trump tetapnya seorang Amerika, yang tidak ingin dominasi mereka di dunia disaingi siapapun.
Kedua tokoh ini, Kamala Harris dan Donald Trump, bagaimanapun tetap akan memperlihatkan keinginan Washington dan NATO yang tidak siap menerima tatanan dunia multipolar.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)