Untuk mewujudkan dekrit Vladimir Putin itu, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan perluasan tentara akan dilakukan melalui warga negara yang secara sukarela ingin bertugas berdasarkan kontrak.
Kementerian Pertahanan Rusia juga menjelaskan keputusan menambah jumlah personel disebabkan oleh ancaman yang ditimbulkan oleh perluasan NATO yang berkelanjutan.
Pertimbangan strategis lain yang bisa dibaca, Rusia akan meningkatkan kehadiran militer dan memperluas pengaruh politiknya secara global.
Di benua Afrika, pengaruh Rusia di sejumlah negara yang baru saja membebaskan diri dari cengkeraman neokoloni mereka, terasa kian dalam.
Kehadiran militer dan paramiliter Rusia juga terlihat di Sudan, Mali, Burkina Faso, Niger, Libya, dan lain sebagainya.
Di Suriah, militer Rusia secara resmi hadir dan memiliki pangkalan udara dan laut di Tartus.
Kehadiran Rusia di Suriah berhasil menyuntikkan kekuatan rezim Bashar Asaad di Damaskus yang ingin didongkel Amerika Serikat.
Di Asia Barat dan Asia Tenggara, Moskow menanamkan pengaruh lewat kerjasama militer yang sangat kuat dengan India dan Vietnam.
Sementara di Asia Timur, Rusia memiliki hubungan Istimewa dengan Tiongkok, dan tentu saja kekuatan nuklir Korea Utara.
Konflik panjang Rusia-Ukraina kini telah mengubah lansekap politik militer Eropa, dan bahkan mungkin dunia.
NATO memperlihatkan agresifitasnya, yang tanpa malu-malu menggunakan tangan Ukraina guna menghancurkan kekuatan Rusia yang sedang bangkit.
Memperkuat militernya, baik dalam segi jumlah tentara maupun persenjataannya, serta kapabilitas globalnya, menjadi pilihan tak terhindarkan bagi Rusia.
Vladimir Putin telah memberi peringatan keras, Rusia siap meladeni apa kemauan Amerika, NATO, Uni Eropa dan semua sekutu-sekutu mereka, dengan cara-cara terbuka.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)