Ada apa dengan Vladimir Putin? Mengapa ia melipatgandakan tentaranya di tengah perang melawan Ukraina? Benarkah ini persiapan perang akbar di Eropa?
Tanda-tanda eskalasi atau perluasan dan peningkatan perang di Eropa akibat konflik Ukraina-Rusia kini memang bertambah kuat.
Tapi agaknya sedikit menurun tensinya ketika Gedung Putih mengumumkan Washington dan London belum memutuskan persetujuan penggunaan rudal jarak jauh oleh Ukraina.
Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer telah bertemu di Washington dan menolak desakan Volodymir Zelensky dan sejumlah elite Amerika, Inggris dan Eropa itu.
Semula, kuat ditengarai Biden dan Starmer akan memberi izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal-rudal jarak jauh seperti Storm Shadow dan SCALP guna menggempur target di Rusia.
Potensi ini telah membunyikan alarm merah ke Moskow, dan Vladimir Putin kembali memperingatkan barat akan pecahnya perang besar di Eropa.
Menyetujui Ukraina menggunakan rudal jarak jauhnya guna menyerang target di pedalaman Rusia, akan dianggap pernyataan perang NATO terhadap Federasi Rusia.
Ini adalah alarm pertama yang kemungkinan membuat Vladimir Putin mengeluarkan dekrit penambahan jumlah tentara aktifnya.
"Kami tidak berbicara tentang mengizinkan atau melarang rezim Kiev menyerang wilayah Rusia," kata Putin.
“Mereka sudah melakukannya, dengan kendaraan udara tak berawak dan sarana lainnya,” tambah Putin.
Ukraina kata Putin, tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan sistem jarak jauh barat. Penargetan serangan semacam itu memerlukan data intelijen dari satelit NATO.
Sedangkan solusi penembakan hanya dapat dilakukan oleh personel militer NATO karena merek ayang menguasai sistemnya.
Inilah realitas tersembunyi barat, yang menempatkan negara-negara NATO, AS, dan negara-negara Eropa sesungguhnya telah berperang melawan Rusia.
“Jika keputusan ini dibuat, itu berarti tidak kurang dari partisipasi langsung negara-negara NATO, AS, dan negara-negara Eropa, dalam konflik di Ukraina,” kata Putin.