Ambiguitas Amerika tampak di sini, ketika Linda Thomas-Greenfield sama sekali tak menyinggung aksi-aksi pembunuhan massal yang dilakukan Israel di Gaza, Tepi Barat, Lebanon, Yaman, dan Suriah.
Termasuk serangan bom penyeranta dan alat elektronik lain yang menimpa ribuan warga sipil Lebanon dan Suriah.
Begitu pula pembunuhan Sayyid Hassan Nasralah, Ismail Haniyeh, tokoh-tokoh Korps Garda Republik Iran maupun pemimpin Kataib Hizbullah Irak dan lain-lain.
Ini yang dikritik Dubes Aljazair untuk PBB, yang mengatakan secara kategori aksi-aksi Israel itu sesungguhnya termasuk tindakan terorisme yang harus dikutuk.
Impunitas Israel sudah dikenal luas, karena mendapat perlindungan penuh secara politik, militer, maupun aksi-aksi diplomatik oleh Amerika Serikat.
Di Dewan Keamanan PBB tidak terhitung lagi berapa kali Amerika dan sekutu Eropanya memveto resolusi yang mengutuk aksi-aksi Israel di Palestina maupun tempat-tempat lain di negara tetangganya.
Serangan-serangan militer Israel ke wilayah Suriah, Irak, Yaman, yang merupakan pelanggaran kedaulatan negara lain selama bertahun-tahun tidak pernah terjangkau PBB.
Di Suriah, serangan jet tempur Israel bahkan pernah menghantam pesawat Rusia, yang menewaskan lusinan tentara Rusia di Laut Tengah.
Tidak ada satupun pelanggaran hukum internasional oleh Israel ini yang tersentuh hukum. Semua berlalu begitu saja membuat Israel semakin besar kepala, merasa di atas hukum.
Ini menunjukkan betapa Amerika sebenarnya sudah terlibat begitu jauh dalam peperangan tanpa akhir yang dilakukan Israel di Timur Tengah.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan di Gedung Putih menyatakan kapal perusak angkatan laut AS telah bergabung dengan unit pertahanan udara Israel saat Iran menyerang.
Mereka menembakkan rudal pencegat untuk menghadang serangan Iran ke Israel. Sullivan memuji militer Israel, dan juga kerja terampil militer AS mengantisipasi serangan itu.
Pernyataan Jake Sullivan inilah yang memperlihatkan Amerika telah benar-benar terlibat langsung dalam peperangan Israel melawan Iran.
Sekali lagi, inilah wujud politik ambigu Amerika yang dalam konteks Gaza, Washington semestinya bisa menggagalkan genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina.