Di sini, ia menunjukkan perhatian besar terhadap peningkatan ekonomi rakyat kecil, terutama melalui pengelolaan keuangan yang bertujuan untuk membantu petani dan pengusaha kecil.
Dedikasinya terhadap kesejahteraan rakyat membawa Margono pada tugas-tugas penting, termasuk ketika ia ditempatkan di Kementerian Jajahan di Den Haag, Belanda, antara tahun 1937 hingga 1939, untuk menangani urusan kesejahteraan rakyat (Lev, 2000).
Saat pendudukan Jepang pada 1942-1945, Margono tetap aktif berkontribusi melalui perannya di Bank Rakyat. Ia menjadi jembatan antara kebutuhan rakyat dan kebijakan ekonomi saat itu.
Peran strategis Margono semakin terlihat jelas ketika ia terlibat dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tahun 1945.
Ia menjadi salah satu tokoh yang merumuskan dasar negara dan memberikan kontribusi penting dalam upaya persiapan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1946, Margono mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI), yang menjadi simbol kemandirian ekonomi bangsa. Bank ini menjadi sarana strategis untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional, terutama di masa awal kemerdekaan.
Tidak hanya itu, pada tahun 1950, Margono ikut mendirikan Yayasan Hatta, sebuah lembaga yang berfokus pada penguatan pendidikan dan penanaman nilai-nilai kebangsaan (Ricklefs, 2008).
Pada dekade 1950-an, Margono juga menginisiasi penggunaan "Hak Angket" di DPR, yang menunjukkan dedikasinya terhadap transparansi dan akuntabilitas kebijakan publik.
Hingga akhir hayatnya pada tahun 1978, Margono tetap menjadi figur teladan yang menginspirasi banyak orang.
Ia dimakamkan di pemakaman keluarga di Dawuhan, Banyumas, sebagai penghormatan atas jasa-jasanya yang luar biasa bagi bangsa dan negara.
Kiprah Margono selama hidupnya adalah teladan integritas dan pengabdian yang terus relevan hingga kini.
Pengusulan Sebagai Pahlawan Nasional
Pengakuan atas jasa besar R.M. Margono Djojohadikusumo dalam sejarah Indonesia telah mendorong sejumlah pihak untuk mengusulkannya sebagai Pahlawan Nasional.
Sygma Research and Consulting, sebuah lembaga yang fokus pada kajian sejarah, secara serius mengajukan nama Margono untuk memperoleh penghargaan tersebut.
Usulan ini didasari oleh dedikasi tanpa pamrih Margono dalam berbagai bidang, mulai dari ekonomi, politik, hingga perjuangan kemerdekaan.
Margono dianggap sebagai figur yang tidak hanya mencerminkan semangat nasionalisme tetapi juga keteladanan dalam memimpin dengan integritas.
Perannya dalam mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI) pada 1946 menjadi simbol nyata kemandirian ekonomi bangsa. Selain itu, partisipasinya dalam BPUPKI menunjukkan kiprah strategisnya dalam merancang fondasi negara.
Pengorbanannya dalam kehilangan dua putranya di medan laga, tanpa menghentikan langkahnya untuk berbakti kepada bangsa, menjadi salah satu alasan kuat mengapa Margono layak mendapatkan gelar tersebut.
Margono tidak hanya berjuang untuk rakyat melalui kebijakan, tetapi juga memberikan teladan pengabdian yang mendalam kepada bangsa Indonesia.
Dokumen dan penelitian terkait kiprah Margono telah dikumpulkan oleh Sygma Research and Consulting untuk memperkuat usulan ini.
Data-data ini mencakup perannya selama masa pendudukan Jepang, masa awal kemerdekaan, hingga kontribusinya dalam membangun institusi nasional yang berdampak jangka panjang.
Jika usulan ini diterima, gelar Pahlawan Nasional bagi Margono tidak hanya menjadi penghormatan pribadi tetapi juga simbol pengakuan atas pentingnya peran pemimpin yang melayani rakyat dengan sepenuh hati.
Margono akan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang dalam melanjutkan perjuangan membangun Indonesia.
Menghidupkan Semangat Margono
R.M. Margono Djojohadikusumo adalah simbol nyata dari noblesse oblige yang sesungguhnya.
Sebagai bangsawan Jawa yang rela berkorban demi rakyat, ia mengajarkan bahwa kehormatan sejati terletak pada pengabdian tanpa pamrih.
Filosofi hidupnya yang penuh kebijaksanaan dan kerendahan hati menjadi teladan abadi bagi generasi penerus.
Dalam manunggaling kawula lan gusti, Margono menunjukkan bahwa pemimpin yang sejati adalah mereka yang mampu menjadi bagian dari rakyatnya.
Warisan nilai-nilai ini adalah cerminan dari kepribadian Margono sebagai patriot, pemimpin, dan pelayan rakyat yang sejati. Dengan meneladani semangatnya, Indonesia dapat melangkah menuju masa depan yang lebih adil dan sejahtera.
Margono membuktikan bahwa pengabdian adalah warisan terbesar. Kehidupan dan prinsipnya mengajarkan bahwa kerja keras, integritas, dan cinta kepada rakyat adalah landasan bagi pemimpin sejati. (*)