Tak hanya itu ban kapten mendadak dicopot dari Jay Idzes ke Asnawi Mangkualam.
Di Piala AFF 2024 lalu Shin juga tampak bereksperimen dengan menurunkan Pratama Arhan dan Asnawi pada dua sisi berbeda.
Arhan yang biasa di kiri malah ditempatkan di sisi kanan. Sebaliknya Asnawi malah di kiri.
Meski kerap bongkar pasang pemain, Shin tidak terlalu adaptif dalam meramu taktik. Terlihat pada formasi tiga bek yang terus menerus dipakai.
Padahal mayoritas pemain timnas yang merumput di Eropa kerap bermain dengan komposisi empat bek sejajar.
Secara kualitatif kita bisa mencerna secara seksama bahwa permainan timnas jauh dari optimal.
Timnas lebih sering bermain bertahan dan lebih mengandalkan serangan yang sporadis.
Saat melawan Jepang dan Australia, kelemahan sistem bermain timnas terlihat begitu terlihat. Sehingga sepanjang 90 menit timnas hanya bisa bertahan dan tidak banyak mengancam.
Betul jika kita mengatakan bahwa Shin Tae-yong mencatat episode positif bersama timnas.
Namun secara permainan sejatinya Shin belum memberikan pondasi yang kuat.
Prestasi timnas masih sekadar letupan-letupan yang tidak konsisten. Oleh karenanya pergantian pelatih bisa jadi alternatif.
Jika ingin naik level lebih tinggi, timnas butuh pelatih yang paham taktik secara lebih dalam.
Pelatih yang punya filosofi dan konsistensi dalam bermain. Ini agar prestasi timnas terbangun dengan pondasi taktik yang jelas.
Sehingga prestasi timnas bukan sekadar letupan sesaat tapi memiliki sustanabilitas yang jelas.